February 24, 2019

"Penggerutu yang Baik"


Kita semua punya banyak hal yang bisa kita keluhkan, gerutui. Siapa yang tidak?

"Mereka itu orang-orang yang menggerutu dan mengeluh tentang nasibnya, hidup menuruti hawa nafsunya, tetapi mulut mereka mengeluarkan perkataan-perkataan yang bukan-bukan dan mereka menjilat orang untuk mendapat keuntungan" (Yudas 1:16).

Tetapi, emotions without thinking are wrong, atau selalu emosi tanpa filter pikiran yang jernih sering kali menjadi sesuatu yang salah. 

Tidak ada hal, apa pun yang terjadi, yang tidak bisa disyukuri. Apa pun itu, masih ada yang patut disyukuri.

Mungkin orang lain mengeluh. 

Mungkin teman kita tukang keluh-kesah. 

Atasan atau anggota keluarga ada yang doyan menggerutu. 

Biarlah orang-orang begitu karena mereka punya pergumulan hidupnya sendiri. Siapa yang tidak? 

Dan kita cukup memberi telinga yang semoga menyadarkan mereka bahwa, apa pun masalah yang kita miliki, kita masih dapat kuat dan mau maju.

"Kamu menggerutu di dalam kemahmu serta berkata: Karena TUHAN membenci kita, maka Ia membawa kita keluar dari tanah Mesir untuk menyerahkan kita ke dalam tangan orang Amori, supaya dimusnahkan" (Ulangan 1:27).

Orang-orang Israel, dan sebagian besar kita, adalah penggerutu yang baik, alias seolah-olah tidak ada hal yang tidak akan kita gerutui. Terhadap hal sepele sekalipun.

Dan menggerutu yang paling buruk adalah yang di dalam hati. Karena walau penampilan luar tampaknya tidak kelihatan mengeluh, tetapi di dasar hati, sedikit demi sedikit menumpuk keluhan itu lebih buruk.

Semakin bertambah usia kita pun, kita makin condong gampang keras kepala, tegar tengkuk. Lalu kerap mengeluh, menggerutu. Lupa keceriaan hidup, kesederhanaan kecil. Awan indah di atas pun tak mampu menggerakkan hati untuk bersyukur.

Cobalah seperti Suzanne Beecher, yaitu tidak ada kata-kata keluhan yang keluar dari mulut ataupun menetap dalam hati, sehari saja. Coba. Terhadap apa pun, terhadap apa pun. Lihatlah apa yang terjadi. Terutama di dalam diri Anda.

"Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan" (Filipi 2:14).

Memang banyak masalah dalam hidup kita, tetapi bukankah masih lebih banyak mukjizat juga? Bersyukurlah untuk itu!




February 23, 2019

9 & 19


Those who fail to plan, they plan to fail. Katanya, mereka yang tidak pernah membuat sebuah rencana, mereka merencanakan diri untuk gagal.

Itu menunjukkan betapa pentingnya berencana. 

Namun ingat, memang banyak rancangan di hati manusia, tetapi sebagian besar keputusan yang terlaksana adalah yang dari Tuhan. Kalaupun ada sesuatu lain yang terjadi, apa pun itu, mungkin itu seizin-Nya.

Hari ini ingin menuliskan beberapa poin untuk sejumlah ayat pada Amsal 9 dan 19. Kedua pasal tersebut sama-sama menunjukkan betapa pentingnya hikmat (bijak, nasihat, didikan). Maafkan saya kalau terkesan eksegesis (penjelasan, penafsiran) banyak ayat, dan bukannya berfokus ke satu topik bahasan. Dan mohon maaf juga apabila terdapat beberapa bahasa Inggris. 

Saat menuliskan ini pagi-pagi, ketiga orang yang saya kasihi—anak-anak saya Cherish, Jhesua, serta istri saya—masih tertidur pulas.

Tuhan sepertinya suka membuat intervensi-intervensi dadakan. Bisa saja yang menarik, tergantung persepsi masing-masing orang yang menerimanya.

Dia suka melakukan divine intervention (pengalihan, pengubahan ilahi yang segar dan spontan). Dia fleksibel. Tetapi Dia juga murah hati dan teguh. Dan kalau kita mau mengikuti arahan-Nya, akan terasa lebih hidup. When He is on the go, you will get the flow. Katanya, berselancarlah di arus gelombang-Nya.

Baiklah kita mulai tentang Amsal 9.

Amsal 9 versi The Message ada memberi judul perikop Lady Wisdom Gives A Dinner Party pada subbab pertama. Kemudian, subbab kedua Madame Whore Calls Out, Too.

Amsal 9:6 mengulas, "Leave your impoverished confusion and live! Walk up the street to a life with meaning (Buanglah kebodohan, maka kamu akan hidup, dan ikutilah jalan pengertian)." Lalu Amsal 9:11, "It's through me, Lady Wisdom, that your life deepens (lebih dalam, lebih bermakna), and the years of your life ripen (umurmu diperpanjang, engkau semakin matang, dewasa)." 

Amsal 9:18 menyatakan, bahwa memang ada arwah-arwah, atau roh-roh.

Selanjutnya tentang Amsal 19.

Judul Inggris yang dipakai dalam The Message pada pasal tersebut If You Quit Listening atau bilakah kita berhenti mendengarkan Dia ataupun orang-orang tepercaya, maupun hati nurani kita.

"Tanpa pengetahuan kerajinanpun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah" (Ams. 19:2).

Amsal 19:4 & 7 hampir sama-sama berbicara kekayaan, atau terkait tentang seperti apa sih kalau menjadi kaya ataupun miskin itu. Mari coba melihat dari sisi rohani. When we set our hearts right before Him, we will have the favour of all the peopleKatanya, saat hubungan kita benar dengan Tuhan, iman kita baik, kita akan punya banyak teman. Disukai oleh banyak orang. Itulah kaya secara rohani. Tetapi ingat, disukai banyak orang, bukan semua orang. 

Sebab akan ada orang-orang yang menyukai kita, akan ada saja orang-orang yang tidak. Seimbang ya. ðŸ™‚ 

Mungkin saat ini relasi kita sedang buruk, tetapi yakinlah, apabila kita punya hubungan baik dengan Dia, Dia sendiri yang akan mendamaikan—entah bagaimana cara-Nya. "Jikalau TUHAN berkenan kepada jalan seseorang, maka musuh orang itupun didamaikan-Nya dengan dia" (Ams. 16:7).

Amsal 19:14, bagi saya, berisi kejutan yang menyenangkan, karena istri yang berakal budi, bukan sekadar pintar, adalah karunia dari-Nya. Bayangkan, betapa luar biasa dan baiknya istri-istri yang berakal budi bagi suami-suami mereka. Suami-suami itu pun mungkin tidak sanggup membayangkan seandainya hidup tanpa istri mereka yang seperti itu

Istri saya, Iva adalah istri yang berakal budi. Ibu saya pun istri yang sangat berakal budi bagi ayah saya. Ibu mertua pun demikian sangat berakal budi menjadi istri bagi ayah mertua saya. Dan ingat, the most important thing a father can do for his children is to love their mother. Katanya, hal terbaik yang bisa seorang ayah lakukan bagi anak-anaknya ialah mengasihi ibu mereka.

Amsal 19:20 menunjukkansekali lagipentingnya hikmat, nasihat, atau didikan apabila ingin bijak di masa depan. 

Menjadi bijak bukanlah sok berfilosofi, berfilsafat ria, mengerti segala hal dalam kehidupan. Melainkan, mengetahui yang sebaiknya dilakukan untuk mengatasi, menghadapi situasi, keadaan tertentu dalam hidup.

Dari mana kita bisa peroleh hikmat? Satunya tentu dari firman dan melakukannya, maupun belajar dari orang-orang lain.

Amsal 19:23, "Fear-of-God is life itself, a full life, and serene—no nasty surprises (Takut akan Allah mendatangkan hidup, maka orang bermalam dengan puas, tanpa ditimpa malapetaka)." Dengan kata lain, Dia menjagai kita. Dia memberi kejutan-kejutan yang baik. Dia sering memberi pertolongan saat sepertinya semua sudah hampir usai. Ada banyak pengalihan spontanitas yang ilahi dari-Nya.

  
"The more we let God take us over, the more truly ourselves we become."
C. S. Lewis



February 22, 2019

Dengan Kasih yang Tidak Binasa

Byron Clay Bohnert, seorang anak muda yang wafat pada usianya yang ke-30 tahun.

Ia berasal dari Texas, AS.

Walau tutup usia muda, ia telah membuat sejumlah tulisan renungan yang menurut saya sangat baik, sebab mampu menyentuh hati serta mengubahkan saya.

Ia pernah menuliskan tentang Hold On Tight! atau peganglah teguh, kuat-kuat, jangan pernah lepaskan.

Mungkin seperti yang ingin saya tuliskan hari ini dari Efesus 6:24, khususnya poin b.

"Kasih karunia (grace) menyertai semua orang, yang mengasihi Tuhan kita Yesus Kristus dengan kasih yang tidak binasa" (Ef. 6:24).

Dengan kasih yang tidak binasa. Tidak kandas. Tidak karam. Tidak DO, atau drop out

Di beberapa versi Inggrisnya, disebut in sincerity atau dalam ketulusan, with incorruption (tanpa bisa dirusakkan, tanpa korupsi, dan lain-lain), undying atau tidak sekarat, dan incorruptible atau tidak ringsek, rongsok. Apa punlah, yang penting kita mengasihi Dia dengan kasih yang tidak binasa.

Sebab Tuhan sendiri pun takkan pernah melepaskan kita, dengan kasih yang lebih daripada kasih yang tidak binasa, kecuali kita yang mungkin undur dari-Nya.

Sembari menuliskan ini, di depan perpustakaan, disinari cahaya-cahaya kecil yang menyelinap dari antara barisan dedaunan hijau di pohon-pohon sekitar, saya merenungkan kasih-Nya yang tidak akan binasa.

Banyak hal bisa binasa di dunia ini. Kasih manusia bisa binasa. Waktu bisa binasa. Jembatan kokoh rubuh. Dan, usia pun siapa yang dapat menyangka cepat berlalunya.

Tetapi, kasih kita kepada Tuhan Yesus bisa tidak binasa—dan semoga kasih-Nya pada kita jangan sampai kita binasakan, ya.






February 21, 2019

Berjalan


Saya senang jalan kaki. Rasanya juga, sudah lama tidak melakukannya. Apalagi, di zaman serbamodern di kota seperti ini dan—semenjak bisa menyetir sendiri.

Tuhan Yesus juga senang berjalan kaki—walau waktu itu memang harus jalan kaki.

Mari kita lihat Matius 12.

"Pada waktu itu, pada hari Sabat [Minggu, hari untuk beribadah kepada Tuhan], Yesus [yang adalah Tuhan atas hari Sabat, dan berkuasa atas hari Sabat] berjalan di ladang gandum" (Mat. 12:1 a, penekanan ditambahkan).

Acap kali Dia berjalan kaki.

Menyusuri danau (Mat. 4:18).

Bahkan mukjizat berjalan di atas air (Mat. 14:25).

Berjalan berkeliling dari desa ke desa, sambil mengajar (Mark. 6:6).

Berjalan di depan memimpin (Mark. 10:32).

Berjalan di halaman bait Allah (Mark. 11:27).

Berjalan dari kota ke kota (Luk. 8:1).

Berjalan terus melintasi (Luk. 19:1).

Berjalan bersama-sama (Luk. 24:15).

Pedestrian sejati. 🙂

Tapi yang menangkap perhatian saya adalah Matius 12:1 tadi. Ya... mungkin karena sedang membuka halaman pada ayat itu, lalu mencari dan menemukan fakta lainnya tentang Yesus, Tuhan berjalan.

Kita semua pun harus tetap berjalan dalam kehidupan. 

"Life is like riding a bicycle," kata Einstein, "To keep your balance, you must keep moving (Hidup itu ibarat naik sepeda pancaluntuk jaga keseimbangan dalam hidup ini, maka Anda harus terus bergerak)."

Apa pun yang sedang terjadi dalam hidup ini, tetaplah menjalani. Keep on moving, keep on walking.

Dia pun ingin berjalan di tengah-tengah kita, menyertai kita. Dia pun kiranya membuat kita tegak berjalan (Im. 26:13 b), bukannya tertunduk lesu, atau dalam kepongahan, arogansi.

Kita mungkin akan melewati sejumlah padang gurun kehidupan. Tetapi Dia memperhatikan, menyediakan apa yang kita perlukan.

Semoga Dia pun menguatkan kita agar bisa menikmati berjalan, seperti Tuhan Yesus di ladang gandum kehidupan. Dengan sehat. Dengan berkat. Dari Dia.



February 18, 2019

In the Morning

In the Morning

Today, Lord, I have an unshakable conviction
A positive resolute assurance that what you have spoken is unalterably true.
But today, Lord, my sick body feels stronger
And the stomping pain quietly subsides.

Tomorrow…
If I must struggle again with aching exhaustion, with twisting pain…
Until I am breathless
Until I am utterly spent
Until fear eclipses the last vestige of hope

Then, Lord—
Then grant me the enabling grace, to believe without feeling, to know without seeing, to clasp
Your invisible hand and wait with invincible trust
For the morning.


(Ruth Calkin)