March 24, 2018

Brief Rule of St Romuald

Sit in your cell as in paradise. Put the whole world behind you and forget it. Watch your thoughts like a good fisherman watching for fish. The path you must follow is in the Psalms—never leave it.

If you have just come to the monastery, and in spite of your good will you cannot accomplish what you want, take every opportunity you can to sing the Psalms in your heart and to understand them with your mind.

And if your mind wanders as you read, do not give up; hurry back and apply your mind to the words once more.

Realize above all that you are in God’s presence, and stand there with the attitude of one who stands before the emperor.

Empty yourself completely and sit waiting, content with the grace of God, like the chick who tastes nothing and eats nothing but what his mother brings him.




March 23, 2018

For One Who Is Exhausted, a Blessing


Satu lagi menemukan puisi yang sarat makna, kali ini dalam bahasa Inggris. Semoga Anda boleh menerjemahkannya sendiri ya, terlebih untuk arti yang ada di balik syairnya.



***

For One Who Is Exhausted, a Blessing

by John O'Donohue



















When the rhythm of the heart becomes hectic,
Time takes on the strain until it breaks;
Then all the unattended stress falls in
On the mind like an endless, increasing weight.

The light in the mind becomes dim.
Things you could take in your stride before
Now become laborsome events of will.

Weariness invades your spirit.
Gravity begins falling inside you,
Dragging down every bone.

The tide you never valued has gone out.
And you are marooned on unsure ground.
Something within you has closed down;
And you cannot push yourself back to life.

You have been forced to enter empty time.
The desire that drove you has relinquished.
There is nothing else to do now but rest
And patiently learn to receive the self
You have forsaken in the race of days.

At first your thinking will darken
And sadness take over like listless weather.
The flow of unwept tears will frighten you.

You have traveled too fast over false ground;
Now your soul has come to take you back.

Take refuge in your senses, open up
To all the small miracles you rushed through.

Become inclined to watch the way of rain
When it falls slow and free.

Imitate the habit of twilight,
Taking time to open the well of color
That fostered the brightness of day.

Draw alongside the silence of stone
Until its calmness can claim you.
Be excessively gentle with yourself.

Stay clear of those vexed in spirit.
Learn to linger around someone of ease
Who feels they have all the time in the world.

Gradually, you will return to yourself,
Having learned a new respect for your heart
And the joy that dwells far within slow time.






















(Images courtesy of onbeing.org and lynnehybels.com)

March 20, 2018

Hidup itu seperti uap

Minggu lalu, 18 Maret, saya mendengar khotbah dari Ibu Pdt. Siti Khadijah. Namun, sebelum beliau menyampaikan firman, beliau sejenak membacakan syair dari penyair besar Indonesia sesaat sebelum meninggal, WS Rendra—si burung merak asal Surakarta. Puisi dan pembacaan yang sangat apik.

Saya kira sekadar puisi, tapi ternyata maknanya dalam sekali. Saya kira tak ada unsur-unsur rohaninya dan tidak ada kaitannya dengan khotbah yang akan beliau sampaikan, tetapi bukankah untuk menjadi rohani tak serta-merta harus sok rohani, dan bisa saja lewat hal-hal kecil, seperti kesederhanaan hidup, puisi maupun kegiatan sehari-hari.

Cuplikannya berikut ini. Semoga bermanfaat bagi Anda juga ya. 


***

Hidup itu seperti uap, yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap!

Ketika orang memuji milikku, aku berkata bahwa ini hanya titipan saja.

Bahwa mobilku adalah titipan-Nya
bahwa rumahku adalah titipan-Nya
bahwa hartaku adalah titipan-Nya
bahwa putra-putriku hanyalah titipan-Nya

Tapi mengapa aku tidak pernah bertanya,
“Mengapa Dia menitipkannya kepadaku?”
“Untuk apa Dia menitipkan semuanya kepadaku?”

Dan kalau bukan milikku, apa yang seharusnya aku lakukan untuk milik-Nya ini?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya?

Malahan ketika diminta kembali,
kusebut itu musibah,
kusebut itu ujian,
kusebut itu petaka,
kusebut itu apa saja
untuk melukiskan, bahwa semua itu adalah derita

Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan kebutuhan duniawi,
aku ingin lebih banyak harta
aku ingin lebih banyak mobil
aku ingin lebih banyak rumah
aku ingin lebih banyak popularitas
dan kutolak sakit
kutolak kemiskinan
seolah semua derita adalah hukuman bagiku.

Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti penyelesaian matematika dan sesuai dengan kehendakku.

Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita itu menjauh dariku,
dan nikmat dunia seharusnya kerap menghampiriku
Betapa curangnya aku,
kuperlakukan Dia seolah mitra dagangku dan bukan sebagai kekasih!
Kuminta Dia membalas perlakuan baikku dan menolak keputusan-Nya yang tidak sesuai dengan keinginanku

Duh Allah…

Padahal setiap hari kuucapkan, "Hidup dan matiku hanyalah untuk-Mu ya Allah."
Ampuni aku, ya Allah.

Mulai hari ini, ajari aku agar menjadi pribadi yang selalu bersyukur dalam setiap keadaan dan menjadi bijaksana, mau menuruti kehendak-Mu saja, ya Allah.

Sebab aku yakin Engkau akan memberikan anugerah dalam hidupku.
Kehendak-Mu adalah yang terbaik bagiku.

Ketika aku ingin hidup kaya, aku lupa, bahwa hidup itu sendiri adalah sebuah kekayaan.
Ketika aku berat untuk memberi, aku lupa, bahwa semua yang aku miliki juga adalah pemberian.
Ketika aku ingin jadi yang terkuat, aku lupa, bahwa dalam kelemahan, Tuhan memberikan aku kekuatan.
Ketika aku takut rugi, aku lupa, bahwa hidupku adalah sebuah keberuntungan, karena anugerah-Nya.

Ternyata hidup ini sangat indah, ketika kita selalu bersyukur kepada-Nya.

Bukan karena hari ini indah kita bahagia. Tetapi karena kita bahagia, maka hari ini menjadi indah.
Bukan karena tak ada rintangan kita menjadi optimis. Tetapi karena kita optimis, rintangan akan menjadi tak terasa.
Bukan karena mudah kita yakin bisa. Tetapi karena kita yakin bisa, semuanya menjadi mudah.
Bukan karena semua baik kita tersenyum. Tetapi karena kita tersenyum, maka semua menjadi baik.

Tak ada hari yang menyulitkan kita, kecuali kita sendiri yang membuat sulit.

Bila kita tidak dapat menjadi jalan besar, cukuplah menjadi jalan setapak yang dapat dilalui orang.
Bila kita tidak dapat menjadi matahari, cukuplah menjadi lentera yang dapat menerangi sekitar kita. Bila kita tidak dapat berbuat sesuatu untuk seseorang, maka berdoalah untuk kebaikan.






March 7, 2018

Is thy cruse of comfort failing?


Is thy cruse of comfort failing?
Rise and share it with another:
And through all the years of famine
It shall serve thee and thy brother.
Love divine will fill the storehouse,
And thy handful still renew;
Scanty fare for one will often
Make a royal feast for two.

For the heart grows rich in giving;
All its wealth is golden grain:
Seeds, which mildew in the garner,
Scattered, fill with gold the plain.
Is thy burden hard and heavy?
Do thy steps drag wearily?
Help to bear thy brother’s burden—
God will bear both it and thee.

Numb and weary on the mountain,
Wouldst thou sleep amidst the snow?
Chafe that frozen form beside thee,
And together both shall glow.
Art thou stricken in life's battle?
Many wounded round thee moan;
Lavish on their wounds thy balsams,
And that balm shall heal thine own.

Is the heart a well left empty?
None but God its void can fill;
Nothing but a ceaseless Fountain
Can its ceaseless longings still.
Is the heart a living power?
Self-entwined, its strength sinks low;
It can only live in loving,
And by serving love will grow.


—Elizabeth Rundle Charles