January 23, 2019

Melepaskan Hak


(Sharing beberapa hari lalu di COOL, Community of Love)


“Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya.” (Lukas 9:24)

Kita tahu, semakin tinggi posisi seseorang, terutama dalam pekerjaan, semakin besar tanggung jawab atau kewajibannya, dan semakin kecil atau mengerucut hak-haknya.

Melepaskan hak mungkin sebuah kebenaran obsolet atau usang yang sudah kita ketahui, tetapi sudah lama pula kita tidak menerapkannya. Dulu ketika masih dalam cinta mula-mula terhadap Tuhan, kita mudah melakukannya. Tetapi seiring sebanyaknya kebutuhan yang kita rasakan, sesegera itu pula kita menjadi serba menuntut. Sebab manusia cenderung egois. Aku, aku, dan aku. Saya, saya, dan saya. Dilayani, dilayani, dan dilayani. Minta didulukan, didahulukan, dan didahulukan selalu.

Melepas hak artinya dengan rela tidak menikmati apa pun yang menjadi bagian atau milik kita, serta rela dalam melepaskan apa yang sebenarnya menjadi porsi atau kepunyaan kita demi kepentingan pihak lain.

Melepas hak, jauh berbeda dengan sistem dunia yang sering kali menuntut hak-hak. Hak untuk dihargai, hak untuk diperlakukan secara adil, hak untuk dikasihi, dan lain-lain. Tetapi, kita melepaskan hak kita kepada Tuhan, dan membiarkan Dia yang memenuhi serta memperhatikan kebutuhan kita.

Seseorang yang dapat melepas hak adalah orang yang dapat melayani Allah dengan lepas alias tanpa beban. Mengapa? Karena ia merasa nothing to lose, nothing to proof, nothing to hide. Atau tidak ada yang perlu dibuktikan atau berkoar-koar kepada orang-orang, tidak perlu merasa terikat kepada sesuatu, serta tidak perlu ada yang disembunyi-sembunyikan.

Tokoh-tokoh yang rendah hati dalam Alkitab pun seperti Daniel, Yusuf, Maria dan lain-lain adalah orang-orang yang telah sadar dan belajar arti dari melepas hak bukan?

“Kata Maria: ‘Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.’ Lalu malaikat itu meninggalkan dia.’” (Lukas 1:38)

Orang-orang dunia mungkin berhak untuk menuntut hak. Hal itu sah-sah saja. Tetapi kita akan melihat hasilnya di akhirnya bagaimana perbedaannya antara memaksakan hak kita terus-menerus dan melepaskan hak.

Lukas 20:25 menyatakan, “Lalu kata Yesus kepada mereka: ‘Kalau begitu berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!’”

Kata berikanlah pada ayat di atas dalam bahasa aslinya yaitu Yunani adalah apodote yang berarti serahkanlah kembali. Jadi, serahkanlah kepada-Nya kembali apa yang seharusnya menjadi hak-Nya, yaitu termasuk menyerahkan hak kita kepada Tuhan.

Melepas hak juga artinya kita tidak lagi berkuasa mengatur diri. Bukan berarti kita tidak bisa membuat rencana-rencana dan lain-lain, tetapi kita mau menjadi lebih peka dan lebih rela apabila Dia menginterupsi, mengintervensi seluruh perencanaan kita, keinginan dan cita-cita kita, pengharapan kita, dan lain-lain. Terutama impian kita 🙂. Biarlah kehendak-Nya yang terjadi.

Melepas hak juga berarti apakah kita rela menjadi yang nomor dua dalam hal keegoisan? Walaupun demikian, rela menjadi nomor dua, tidak menjadi yang nomor satu dalam segalanya, bukan berarti kita memberikan pelayanan kelas bintang dua, tidak mengerahkan yang terbaik, tidak maksimal dan tidak excellent dalam mengerjakan sesuatu.

Maukah juga kita melayanisungguh-sungguh? Maukah kita mendahului dalam memberi hormat?

“Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat.” (Rm. 12:20)

Biarlah Allah yang memperhatikan hak-hak kita. Boleh saja tetap berusaha, tetapi biarlah kehendak-Nya yang terjadi dan semua demi kemuliaan nama-Nya.


“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” (Filipi 2:5-8)


Forever is a long time
That's how long I'll love you
That's how long I'll love you
Forever...
Jason Nelson




Kebodohan yang Baik

(Sharing pagi ini di kantor)


Banyak hal yang mencoba membuat kita bertindak bodoh. Di manapun. Di kehidupan sehari-hari. Di jalan. Di kantor. Di rumah. Di sekolah.

Dalam banyak hal, kita pun sering kali bertindak bodoh bukan? 

Dan kita butuh hikmat supaya bisa membedakan mana yang benar dan mengetahui apa yang harus kita lakukan.

Mungkin selama ini kita mengira kebodohan hanyalah kebodohan dan merupakan sesuatu yang tidak baik. Tetapi, menurut saya, ada satu jenis kebodohan yang baik. Apa itu?

Nah, sebelum kita mengetahuinya, ada jenis kebodohan yang paling buruk, nomor satu di dunia dan dalam hidup kita sebagai orang percaya. Saya tahu hal ini pasti berbeda-beda bagi kita, tetapi inilah yang ingin saya coba bagikan.


KEBODOHAN TERBURUK

Kebodohan paling buruk adalah menukarkan Tuhan Yesus dengan hal yang lain.

Adik saya yang paling bungsu, Adi, beberapa saat yang lalu hampir melakukan hal yang sama, rela melepaskan Tuhan Yesus demi dapat menikah dengan calon pasangan hidupnya yang berbeda keyakinan.

Kami sekeluarga tetap berjuang dan mendoakan dia supaya tetap mempertahankan imannya kepada Tuhan Yesus. Ini membuktikan pentingnya mengajarkan hal yang benar kepada anak-anak maupun saudara & keluarga kita sejak dini! Sebab jika tidak, saat mereka merasa sudah bisa mengambil keputusan atau pilihan sendiri, mereka tidak dapat mendengarkan nasihat kita dan akan mengambil keputusan atau pilihan yang salah.

Puji Tuhan, adik saya akhirnya masih tetap mau mempertahankan imannya, dan menyerahkan segalanya kepada Tuhan.

Relalah melepaskan segalanya demi Tuhan Yesus, dan bukannya rela melepaskan Tuhan Yesus demi segalanya. Sebab Dialah Harta yang paling berharga di hidup kita.

Kalau kita menukarkan Dia, itulah kebodohan paling buruk. Tetapi kalau boleh jujur, bukankah kita sering kali seperti itu sehari-harinya? Kita menukarkan Dia dengan hal-hal yang kecil, sepele, dan tidak berarti. Kalau kita tidak aware atau waspada, itu akan menumpuk, dan suatu hari kita pun akan rela melepaskan iman kita.

Efesus 4:27 mengatakan, “Dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.” Kalau kita tidak memberikan kesempatan kepada Iblis setiap harinya, kita tidak akan rela melepaskan Tuhan Yesus demi sesuatu yang lain.

Menjadi bodoh, maupun menjadi bijak, itu bukanlah perkara yang terjadi dalam semalam, secepat membalikkan tangan. Melainkan terjadi karena menyicil dari hal yang kecil-kecil. Kita melatih diri entah untuk mau tetap menjadi bodoh, entah mau jadi bijak.


KEBODOHAN YANG LAIN

Nah, kita sudah tahu kebodohan yang paling buruk. Selain itu, sebelum kita mengetahui apa itu kebodohan yang baik, masih ada jenis kebodohan yang lain, yaitu kebodohan kalau kita TIDAK melakukan apa yang seharusnya kita lakukan.

Selama ini kita mungkin merasa bodoh & menyesali melakukan apa yang seharusnya tidak kita lakukan. Hal itu sah-sah dan wajar saja, apalagi bila melakukan hal-hal yang salah dan jahat. Tetapi, kemungkinan masih ada kesempatan untuk memperbaikinya.

Namun, kita akan lebih menyesal & merasa sangat-sangat bersalah bila, mendekati akhir kehidupan, kita tidak melakukan apa yang seharusnya kita lakukan. Terutama hal-hal yang baik, dan yang menjadi kehendak Tuhan bagi kehidupan kita masing-masing.

Di bidang medis pun, akan terjadi akibat fatal atau mungkin malpraktik apabila seorang praktisi kesehatan seperti dokter maupun perawat melakukan dua jenis kesalahan ini:
  • Tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan, dan sebaliknya
  • Melakukan apa yang seharusnya tidak dilakukan
Jadi, pentingnya hikmat untuk membedakan, mengetahui mana yang benar dan apa yang harus kita lakukan.

Kita pun makhluk yang sering menunda-nunda. Kalau hari-hari ini Dia sedang memproses, membentuk hati kita, dan mengingatkan untuk melakukan sesuatu, sekalipun masih jatuh-bangun, masih mengalami penderitaan dan pergumulan, yuk tetap rendah hati mendengarkan Dia & melakukan apa yang seharusnya kita lakukan.

Apa resep segera melakukan apa yang seharusnya kita lakukan? John C. Maxwell mengingatkan, setiap kali bangun pagi, katakan, "Do it now, do it now, do it now." Lakukan sekarang, lakukan sekarang, lakukan sekarang.

Jika masih ada waktu atau kesempatan, itu semua hanya karena kasih karunia. Bersyukurlah, sebab Dia pasti mempunyai sesuatu yang indah bagi kita.


KEBODOHAN YANG BAIK

Nah, kita sudah tahu apa itu kebodohan yang paling buruk maupun kebodohan kalau tidak melakukan apa yang seharusnya kita lakukan.

Tetapi, kabar baiknya 🙂, ada satu jenis kebodohan yang baik. Apa itu? Yaitu kalau kita tetap taat, setia, dan percaya melakukan kehendak Tuhan dan mengikuti Dia, meskipun kita belum dan tidak mengerti maksud dan rencana-Nya.

“Aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekat-Mu. Tetapi aku tetap di dekat-Mu; Engkau memegang tangan kananku” (Mzm. 73:22-23).

Sekalipun orang-orang dan dunia, bahkan teman-teman terdekat menertawan, menganggap kita gila dan bodoh karena mengikuti kehendak Tuhan dan mempercayai Dia, biarlah mereka berkata seperti itu—sebab itu adalah kebodohan yang baik. Sebab Tuhan masih bisa memakai kebodohan untuk memalukan apa yang berhikmat bagi dunia.

“Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia” (1 Kor. 1:25).

“Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat” (1 Kor. 1:27).

Lebih baik ditertawakan orang lain, dianggap bodoh oleh dunia dan teman-teman kita, daripada kita nanti ditertawakan dan dianggap bodoh oleh-Nya karena tidak menaati kehendak-Nya.

Saat ini, Dia mungkin sedang mengingatkan kita supaya mengikuti dan melakukan apa yang Dia mau bagi hidup kita dan segera melakukan apa yang seharusnya kita lakukan. Taatilah dan lakukanlah. Rendah hati, dan percayalah.

“Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu!” (1 Kor. 14:20)

“Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan” (Ef. 5:17).

Sebab tidak ada orang yang terlahir bodoh. Melainkan, yang ada adalah orang yang terus-menerus tidak mau diajari apa yang benar, tidak mau diberitahu, dan tidak mau belajar sehingga ia menjadi bodoh, bebal.

Dan, sebenarnya tidak ada orang lain yang bisa kita bodohi, selain… diri sendiri.


QUIZ:

Sebagai penutup, dosa apa yang paling bodoh? (Hal ini di-sharingkan oleh Ps. Philip Mantofa pada Minggu, 20 Januari 2019 yang lalu saat ibadah di GBI PRJ.)

Dosa paling bodoh adalah iri hati.

Kita tidak memiliki apa yang orang lain miliki, tetapi orang lain pun belum tentu memiliki apa yang kita miliki. Jadi, kita tidak perlu membeda-bedakan atau iri hati.



January 19, 2019

Karena, Tuhan tidak


Bapak, mamak… terima kasih.

Terima kasih di dalam keterbatasan, bapak dan mamak berjuang… tidak menyerah memberikan, menyediakan, mempersiapkan yang terbaik untuk kami anak-anak bapak dan mamak. Kami tidak pernah bisa secara penuh menyadari dan cukup berterima kasih untuk semua hal yang harus bapak dan mamak lalui supaya kami anak-anak bapak dan mamak bisa merasakan hangatnya memiliki keluarga yang utuh, makan, mengenyam pendidikan formal, memiliki tempat untuk pulang dan tinggal, memiliki pakaian yang layak, dan semua hal yang bisa kami dapatkan sampai pada tahap ini… dan kehidupan kami kemudian. Sungguh terima kasih bapak dan mamak kami sayang.

Abang Surya… terima kasih.

Terima kasih, atas perubahan hidup yang abang alami Grace boleh percaya bahwa Tuhan sanggup memulihkan kehidupan seseorang, seberapa pun kelamnya apa yang dialaminya. Bahwa kasih Tuhan dan pengampunan Tuhan ajaib dan besar atas manusia. Abang selalu menjadi abang yang Grace banggakan sejak dulu. Jangan pernah menyerah mengharapkan dan melakukan hal-hal hebat dengan kehidupanmu bang, bahkan di tengah keterbatasan, karena Tuhan tidak.

Adek Agnes dan adek Adi terima kasih.

Terima kasih telah mengajari kakak cara mengampuni, bahkan untuk orang yang tidak layak diampuni. Kalian telah mempraktekkan kasih Tuhan Yesus Kristus. Bahwa orang jahat bisa berubah jikalau diberi kesempatan, kasih dan pengampunan yang tulus. Kakak telah melakukan banyak hal jahat bagi kalian, namun kalian dengan rela hati memberikan kakak kesempatan, kasih dan pengampunan. Terima kasih adek-adekku. Entah kakak jadi apa jika kakak tidak mendapatkannya dari kalian dan Tuhan Yesus. Tuhan yang mampu membalas semua hal-hal hebat yang kalian lakukan untuk kakak.

Adek Agnes terima kasih.

Terima kasih karena Agnes, kakak sadar bahwa saat berkecukupan kita tidak boleh melupakan Tuhan dan sesama kita manusia. Saat berkecukupan, kita harus dan bisa tetap hidup sederhana. Saat berkecukupan, kita tidak boleh berpuas diri untuk menjadi pribadi lebih baik dan menggali pengetahuan demi menolong orang lain. Saat berkecukupan adalah saat kita menjadi saluran berkat Tuhan untuk sesama kita manusia. Kiranya hal-hal manis terus ditambahkan Tuhan dalam kehidupanmu dek, dan Agnes semakin serupa dengan gambaran-Nya, karena manusia diciptakan untuk menjadi serupa dengan-Nya. Jangan berhenti melibatkan Tuhan dalam mengejar cita-citamu dek, bahkan saat dalam keterbatasan, karena Tuhan tidak.

Adek Adi terima kasih.

Terima kasih karena adek Adi telah bersabar menghadapi kakak. Terima kasih karena di dalam keterbatasan, adek Adi berusaha memberi yang terbaik untuk kakak dan keluarga. Terima kasih… karena adek Adi, kakak dapat semakin mendekatkan diri kepada Tuhan Yesus. Karena adek Adi, kakak kembali meletakkan pengharapan kakak kepada Tuhan Yesus. Karena adek Adi, kakak diingatkan untuk bersungguh-sungguh kepada Tuhan Yesus. Kiranya kasih Tuhan Yesus dan pengenalan yang benar akan Dia yang melampaui akal dan pikiran manusia menjamah dan mengalir memenuhimu dek, sebagaimana yang kakak alami.

Sebagaimana hal-hal di dunia dapat mempengaruhi kita karena kita belajar dan membiasakan diri dengannya dekku… pengenalan akan Tuhan Yesus Kristus juga dapat mempengaruhi kita jika kita mempelajari-Nya dek… kita bisa terbiasa tidak bisa memulai hari tanpa berdoa dan membaca firman-Nya, kita membiasakan diri ke gereja dan meminta-Nya menjamah hati kita dan menguduskan ibadah kita bersama jemaat.

Kiranya kasih mula-mula kepada Tuhan Yesus Kristus yang pernah adek Adi rasakan, adek Adi alami, kembali melawat dan memenuhi hidupmu adekku… Apa pun yang sudah, yang sedang, dan yang akan Adi alami, kami keluarga yang sangat mengasihimu tidak mengetahuinya dengan jelas dan pasti dek, namun Tuhan tahu, dan Tuhan peduli, dan Tuhan mau menerima dan mengampunimu. Tuhan memberkati perjalanan pengenalanmu akan Tuhan dek, dan kita sekeluarga. Amin.


oleh adekku, Grace Eva Novna


Jalan-Mu tak terselami oleh setiap hati kami.
Namun satu hal kupercaya ada rencana yang indah.
Tiada terduga kasih-Mu, heran dan besar bagiku.
Arti kehadiran-Mu selalu nyata di dalam hidupku.
Penyertaan-Mu sempurna, rancangan-Mu penuh damai… aman dan sejahtera walau di tengah badai.
Ingin ku selalu bersama rasakan keindahan… arti kehadiran-Mu, Tuhan.


kami sekeluarga (c. 1996)


January 12, 2019

Embrace Your Aging Thankfully

In the day when the keepers of the house tremble,
And the strong men bow down;
When the grinders cease because they are few,
And those that look through the windows grow dim;
When the doors are shut in the streets,
And the sound of grinding is low;
When one rises up at the sound of a bird,
And all the daughters of music are brought low.
Also they are afraid of height,
And of terrors in the way;
When the almond tree blossoms,
The grasshopper is a burden,
And desire fails.
For man goes to his eternal home,
And the mourners go about the streets.
Remember your Creator before the silver cord is loosed,
Or the golden bowl is broken,
Or the pitcher shattered at the fountain,
Or the wheel broken at the well.
Then the dust will return to the earth as it was,
And the spirit will return to God who gave it.
“Vanity of vanities,” says the Preacher,
“All is vanity.”

(Ecclesiastes 12:3-8)


Life can only be enjoyed day by day, bite by bite. Finally we learn to embrace the aging process thankfully.

Solomon keeps a heavy subject light—and downright funny.

Isn’t that just what we need when we fret about fresh wrinkles? We need to take ourselves a little less seriously. We need a good laugh.

Solomon gives us a poetic picture of getting older. Let’s work our way through this passage looking at the phrases he chooses:

  • The day when the keepers of the house tremble. Those are your arms and hands. As we get older, they begin to shake and tremble more.
  • And the strong men bow down. Knees and shoulders grow weaker, more frail as we age, bending and bowing and slumping.
  • When the grinders cease because they are few. What are “grinders”? Your teeth, of course! We can be thankful for improved dental care, but we still lose a tooth every now and then.
  • And those that look through the windows grow dim. Are you getting the idea? No one had spectacles in Solomon’s time; they had to live with blurry vision.
  • When the doors are shut in the streets, and the sound of grinding is low. We can’t hear the old street sounds or the mills grinding away.
  • When one rises up at the sound of a bird. Teenagers can sleep until noon, but that is a skill we lose as we age. We old-timers are up with the chickens.
  • And all the daughters of music are brought low. Your voice starts to quiver and weaken. You don’t sing as loudly or clearly as you once did.
  • When the almond tree blossoms. Your hair puts forth white shoots! Rather than informing your spouse you have spotted another gray hair, why not say, “Nice almond tree, honey!”
  • The grasshopper is a burden. By summer’s end, grasshoppers lose their hop. They are more like “grass-limpers.”
  • And desire fails. You can work this one out for yourself. (Hint: there are several lines of pharmaceuticals to help.)
  • For man goes to his eternal home, and the mourners go about the streets. This is referring to the unavoidable funeral and funeral procession.


—by David Jeremiah



When Morning Gilds the Skies

  1. When morning gilds the skies,
    My heart awaking cries:
    May Jesus Christ be praised!
    Alike at work and prayer,
    To Jesus I repair;
    May Jesus Christ be praised!
  2. Does sadness fill my mind?
    A solace here I find,
    May Jesus Christ be praised!
    Or fades my earthly bliss?
    My comfort still is this,
    May Jesus Christ be praised!
  3. When sleep her balm denies,
    My silent spirit sighs,
    May Jesus Christ be praised!
    When evil thoughts molest,
    With this I shield my breast:
    May Jesus Christ be praised!
  4. The night becomes as day
    When from the heart we say:
    May Jesus Christ be praised!
    The pow’rs of darkness fear
    When this sweet chant they hear:
    May Jesus Christ be praised!
  5. In heav’n’s eternal bliss
    The loveliest strain is this,
    May Jesus Christ be praised!
    Let earth, and sea, and sky
    From depth to height reply,
    May Jesus Christ be praised!
  6. Be this, while life is mine,
    My song of love divine:
    May Jesus Christ be praised!
    Sing this eternal song
    Through all the ages long:
    May Jesus Christ be praised!


—sine nomine



January 10, 2019

One Hill Higher

I never want to be
What I want to be,
Because there’s always something out there
Yet for me.
I get a kick out of living
In the here and now,
But I never want to feel
I know the best way how.
There’s always one hill higher,
With a better view,
Something waiting to be learned
That I never knew.
Till my days are over,
Never fully fill my cup;
Let me go on
Growing up.


―Art Linkletter