March 13, 2019

Leluasa


Apa yang membuat kita tidak dapat bersaksi dengan leluasa?

Apakah karena kehidupan kita sendiri tidak sesuai dengan yang ingin kita bagikan? (Tidak apa-apa, itu semua butuh waktu & proses. Seseorang yang berpindah kewarganegaraan pun tentu tidak bisa langsung ujug-ujug berubah. Perlu beradaptasi dulu dengan budaya yang beda, dan lainnya.)

Apakah juga karena kita masih memiliki, menyimpan rahasia-rahasia buruk? Rahasia atau keburukan yang kita pendam akan menghentikan potensi kita. (Ingat, mobil Ferrari tidak akan bisa melaju kencang dengan semestinya apabila masih memanggul beban seberat truk pengaduk semen, atau sebesar kontainer.)

Sering kita takut. Ragu-ragu. Atau tidak tahu apa yang mesti dibagikan kepada orang lain. Di taksi misalnya, atau di pasar, bahkan di rumah, dan di manapun. Padahal kita cukup bersaksi saja. Dan apa yang kita bagikan mungkin adalah obat bagi kehidupan yang mereka selama ini butuhkan. 

"Karena mereka yang melayani dengan baik beroleh kedudukan yang baik sehingga dalam iman kepada Kristus Yesus mereka dapat bersaksi dengan leluasa" (1 Tim. 3:13).

Bayangkan, betapa segarnya saat kita bisa bersaksi dengan bebas! Tanpa rasa takut!

Saat kita merasa gagal—itulah yang musuh inginkan, yaitu membuat kita merasa tidak jadi bermanfaat dan terpuruk kalah dalam kegagalan—kita pun merasa tidak bisa memberi kesaksian dengan leluasa. Jeremy Foster pernah berkata, "Your faith is more important than your failure." Imanmu jauh lebih berharga daripada kegagalan-kegagalanmu. Jadi, tak perlulah membela diri, sebab Pembela terbaik adalah Dia.

Apalagi menyerah, jangan pernah.

Berlarilah, tapi tetap kepada-Nya.

Asalkan, jika kita sudah dapat bersaksi secara leluasa, jangan lupa diri. Terlalu leluasa bersaksi mungkin adalah salah satu ciri kepongahan dan memegahkan diri sendiri. Apalagi menggunakan kemerdekaan, bersaksi, itu untuk tujuan-tujuan kita sendiri yang akan menjadi rahasia-rahasia buruk lagi (Ibr. 10:26-31).

Hati nurani yang bersih adalah mata air kesaksian yang paling leluasa. Bukan hebat di mimbar atau kesaksian saja, tetapi kesehari-harian kita akan berbicara dengan sendirinya serta dilihat oleh orang-orang lainnya.

"Juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil, yang kulayani sebagai utusan yang dipenjarakan. Berdoalah supaya dengan keberanian aku menyatakannya, sebagaimana seharusnya aku berbicara" (Ef. 6:19-20).

Orang yang berhenti bersaksi, berhenti menjadi efektif.

Hikmat, kuasa, kasih karunia-Nya semoga menuntun dan menyertai kita bersaksi dengan leluasa. Oh, betapa bebasnya!



No comments:

Post a Comment