Dalam hati pun, sepertinya Ia mengingatkan saya betapa pentingnya mendengar suara-Nya.
Tentu sebagian besar kita pernah mendengar lagu Ajar Aku Mendengar Seperti Samuel, yang
mengingatkan anak-anak maupun mungkin kita semua supaya mau mendengarkan suara-Nya dan mematuhi-Nya.
1 Samuel 3 : 10, “Lalu datanglah TUHAN, berdiri di sana dan memanggil
seperti yang sudah-sudah: ‘Samuel! Samuel!’ Dan Samuel menjawab: ‘Berbicaralah,
sebab hamba-Mu ini mendengar.’”
And the Lord came and stood and called as at other times, Samuel! Samuel! Then Samuel answered, Speak, Lord, for Your servant is listening. (AMP)
Then GOD came and stood before him exactly as before, calling out, "Samuel! Samuel!" Samuel answered, "Speak. I'm your servant, ready to listen." (MSG)
Waktu itu Samuel terpanggil supaya menyampaikan firman, menjadi
teladan, serta menyuarakan pertobatan karena moral maupun
kehidupan rohani umat-Nya yang merosot. Puji Tuhan karena ia mau menaati suara-Nya.
Dapatkah kita seperti demikian? Ataukah justru tidak lagi mendengar, ragu-ragu, dan tidak menaati? Suara-Nya menolong kita agar tidak sampai salah langkah.
Pengkhotbah 5 : 1 (BIS), “Berhati-hatilah kalau mau pergi ke Rumah
TUHAN. Lebih baik pergi ke situ untuk belajar daripada untuk mempersembahkan
kurban, seperti yang dilakukan oleh orang-orang bodoh. Mereka itu tidak dapat
membedakan mana yang benar dan mana yang salah.”
KEEP YOUR foot [give your mind to what you are doing] when you go [as Jacob to sacred Bethel] to the house of God. For to draw near to hear {and} obey is better than to give the sacrifice of fools [carelessly, irreverently] too ignorant to know that they are doing evil. (AMP)
As you enter the house of God, keep your ears open and your mouth shut! Don’t be a fool who doesn’t realize that mindless offerings to God are evil. (NLT)
Catatan Full Life mengingatkan, menaati firman dengan segenap hati itu lebih baik daripada sekadar penyembahan, pelayanan, ataupun persembahan. Menempatkan
pemahaman sendiri tentang apa yang benar daripada firman-Nya sering kali berujung pada hal yang salah.
Apalagi, penyembahan, doa, pujian, karunia, serta pelayanan semata-mata tidaklah terlalu berharga di pandangan mata-Nya dibanding ketaatan kepada-Nya.
1 Samuel 15 : 22 (BIS), “Tetapi Samuel berkata, ‘Manakah yang lebih
disukai TUHAN, ketaatan atau kurban persembahan? Taat kepada TUHAN lebih baik
daripada mempersembahkan kurban. Patuh lebih baik daripada lemak domba.’” (BIS)
Lalu Samuel berkata, “Manakah yang membuat TUHAN senang?— kurban bakaran
dan persembahan, atau ketaatan? Sesungguhnya ketaatan itu jauh lebih baik
daripada persembahan. Mendengarkan dengan penuh perhatian jauh lebih baik
daripada persembahan lemak domba jantan.” (TSI)
Samuel menjawab, "Apakah TUHAN senang akan kurban bakaran dan
kurban sembelihanmu sama seperti akan ketaatanmu? Ketaatan jauh lebih baik
daripada domba sembelihan. Ia lebih senang jika engkau mendengarkan Dia
daripada jika engkau mempersembahkan lemak domba-domba jantan kepada-Nya.”
(FAYH)
“P'nuhi hatiku dengan hadir-Mu. Kurindu memandang wajah-Mu, oh Tuhan di dalam kekudusan-Mu. Bawaku dekat dalam hati-Mu, kurindu mendegar suara-Mu, oh Tuhan di tempat kudus-Mu s’karang.” ~ Symphony Worship
~ FG
(tulisan ini juga tampil pada laman tertentu)
(gambar ilustrasi dari Her View from Home)
No comments:
Post a Comment