July 4, 2018

Ibrani 8:1-13

Sempat saat teduh lagi tadi pagi. Sepertinya memang harus sering kali menyempatkan diri. Sebab bila tidak, tidak akan pernah jadi. 🙂

Bacaan saya hari ini adalah dari Ibrani 8:1-13.

Seperti halnya postingan sebelumnya dari saat teduh, ada beberapa poin yang ingin saya bagikan dari pembacaan ini.

  • "Inti segala yang kita bicarakan itu ialah…" (ay. 1 a).
Apa inti dari segala yang kita bicarakan atau tulis?

Dulu saya kurang mengerti mengapa sebagian besar sutradara film yang pernah saya dengar selalu mengatakan atau menanyakan satu kalimat, bahkan satu kata mungkin, yang bisa menjelaskan inti secara keseluruhan dari sebuah film? Misalnya, dari film Finding Nemo adalah kata 'rasa percaya'. Itulah inti film itu.

Walau kadang memang kita tidak mengerti, ataupun bingung, tentang apa yang menjadi inti dari sesuatu, tetapi mungkin lebih baik mengerti intinya—the why—daripada mengerti banyak hal, tapi tidak punya esensi.

  • "…Yesus perlu mempunyai sesuatu untuk dipersembahkan" (ay. 3 b).
Jika Dia saja perlu mempunyai sesuatu untuk dipersembahkan, bagaimana dengan kita?

Kadang kita, atau saya tepatnya 🙂, mempersembahkan dengan asal-asalan, ala kadarnya. Atau tidak mempersiapkan terlebih dulu. Bahkan yang lebih payah, tidak mau memberikan, dengan berbagai alasan yang selalu siap tersedia.

  • "Ingatlah," (ay. 5 d).
Apa hal yang patut kita ingat?

Kebaikan-kebaikan-Nya? "Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya" (Mzm. 103:2)!

Perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib? "Ingatlah perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan-Nya, mujizat-mujizat-Nya dan penghukuman-penghukuman yang diucapkan-Nya" (Mzm. 105:5).

Orang-orang yang telah menolong kita, yang kecil kemungkinannya untuk kita membalas perbuatan baik mereka dalam hidup ini?

Tapi mungkin yang terpenting adalah kasih.

  • "Sebab mereka tidak setia kepada perjanjian-Ku, dan Aku menolak mereka," (ay. 9).
Mungkin jarang orang yang setia.

  • "Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka" (ay. 12)
Bersyukurlah jika kita menerima belas kasihan. Ia enggan mengingat dosa; Ia ringan mengingat ketaatan.

  • "Dan apa yang telah menjadi tua dan usang, telah dekat kepada kemusnahannya" (ay. 13 c)
Sebenarnya kurang ingin bahas ayat terakhir ini. Tapi tak apalah.

Omong-omong, sudah berapa tahun usia bumi, ya? 🙂

Juga, seperti kata LeAnn Rimes, oh life goes on—baik sebelum kita ada maupun sesudah kita tiada nanti. Yang penting, saat kita sekarang masih hidup, apakah benar-benar sudah memberikan yang terbaik dalam kehidupan?


"Someone once said there are two great days in our lives—the day we are born and the day we discover why. I’m here to tell you, highly successful people have discovered why."
—John Calvin Maxwell