March 6, 2018

Pikiran Krisis

Sempat sharing berikut ini beberapa waktu lalu dengan teman-teman komunitas cell atau COOL sesuai bahan yang ada.


Pikiran adalah medan perang, kata Joyce Meyer, dalam buku karyanya berjudul Battlefield of the Mind.

Waktu kita bertobat, lahir baru, dan percaya pada Tuhan Yesus, roh kita diperbarui. Tapi kenapa misalnya, banyak orang yang sudah lahir baru, masih jatuh-bangun dalam kebiasaan-kebiasaan buruk? Karena pikirannya, atau jiwanya, tidak diperbarui secara terus-menerus. Butuh waktu seumur hidup kita untuk memperbarui jiwa (pikiran, perasaan, kehendak) kita.

"Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain" (Ef. 2:3).

"Lidah orang benar seperti perak pilihan, tetapi pikiran orang fasik sedikit nilainya" (Ams. 10:20).

Kita perlu memiliki pikiran Kristus. Bagaimana caranya supaya memilikinya? Ada tiga hal:

  • Menaklukkan pikiran di bawah kaki Kristus (2 Kor. 10:5). Apa arti menaklukkan pikiran kita di bawah kaki Kristus? Artinya adalah mengandalkan Dia dan bersandar hanya pada-Nya. Manusia sukar tunduk dan taat. Walau mungkin sudah sering mendengar firman-Nya, berkali-kali, kita sulit menaati, melakukannya, bahkan hanya tunduk pada pikiran sendiri.
Padahal, kita mungkin ingat lagu ini: Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan jangan bersandar kepada pengertianmu sendiri.
 
Kalau kita dekat dengan Dia dan bersandar hanya pada-Nya, kita akan merasa tenang. "Untuk pemimpin biduan. Menurut: Yedutun. Mazmur Daud. Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku" (Mzm. 62:1).

"Berikanlah kepada kami pertolongan terhadap lawan, sebab sia-sia penyelamatan dari manusia" (Mzm. 62:1).

Waktu ikut katekisasi sidi (pemberian pelajaran dalam ilmu agama Kristen) di HKBP Kedondong, Surabaya dulu, saya menerima ayat favorit dari 1 Petrus 5:7, "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu."

  • Melakukan pembaruan budi pekerti terus-menerus (Rm. 12:2). Salah satu arti kata dalam bahasa Yunani untuk bertobat adalah metanoia. Artinya, changing one's mind atau mengubah pikiran.
Jadi, kita perlu mengubah, memperbarui pikiran kita tiap hari. Tiap saat.

Ketika 12 suku Israel disuruh mengirimkan wakil-wakilnya untuk mengintai Kanaan, hanya dua orang, yaitu Kaleb dan Yosua yang memberikan kabar baik, 10 sisanya memberikan kabar buruk.

"Mereka menceritakan kepadanya: 'Kami sudah masuk ke negeri, ke mana kausuruh kami, dan memang negeri itu berlimpah-limpah susu dan madunya, dan inilah hasilnya. Hanya, bangsa yang diam di negeri itu kuat-kuat dan kota-kotanya berkubu dan sangat besar, juga keturunan Enak telah kami lihat di sana'" (Bil. 13:27-28).

"Tetapi orang-orang yang pergi ke sana bersama-sama dengan dia berkata: 'Kita tidak dapat maju menyerang bangsa itu, karena mereka lebih kuat dari pada kita.' Juga mereka menyampaikan kepada orang Israel kabar busuk tentang negeri yang diintai mereka, dengan berkata: 'Negeri yang telah kami lalui untuk diintai adalah suatu negeri yang memakan penduduknya, dan semua orang yang kami lihat di sana adalah orang-orang yang tinggi-tinggi perawakannya. Juga kami lihat di sana orang-orang raksasa, orang Enak yang berasal dari orang-orang raksasa, dan kami lihat diri kami seperti belalang, dan demikian juga mereka terhadap kami'" (Bil. 13:21-33).

Mereka punya asumsi yang buruk. Yang salah.

Mereka melihat diri mereka sendiri sebagai belalang. Merasa musuh mereka lebih kuat daripada mereka. Padahal, belum juga bertemu langsung.

Mengapa Kaleb & Yosua bisa begitu positif?

Karena mereka berdua lain jiwa, pikirannya.

"Tetapi hamba-Ku Kaleb, karena lain jiwa yang ada padanya dan ia mengikut Aku dengan sepenuhnya, akan Kubawa masuk ke negeri yang telah dimasukinya itu, dan keturunannya akan memilikinya" (Bil. 14:24).

  • Memikirkan perkara yang di atas (Flp. 4:8). Apa arti memikirkan perkara yang di atas, seolah hal ini bertolak belakang dengan menaklukkan pikiran di bawah kaki Kristus? Tidak berbeda. Melainkan penuhilah pikiran kita dengan firman agar kita memiliki discernment atau kemampuan untuk mencerna, memahami sesuatu dengan lebih baik lagi.
Kita mungkin familiar dengan ini, "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."

Dengan memikirkan perkara yang di atas, kita akan mempunyai perspektif lebih baik, lebih tenang, tidak kalut. Hati kita teduh.  

Memang butuh banyak kekuatan ekstra untuk menghadapi hidup ini—masalah, keluarga, masa depan, dan lain-lain. Karena itu, kita perlu memiliki pikiran Kristus.

Milikilah pikiran Kristus, bukan pikiran krisis.