Pdt. Russell H. Conwell yang kebetulan
lewat menanyakan mengapa dia menangis.
“Aku tidak bisa ke Sekolah Minggu,”
jawab Hattie.
Melihat penampilan Hattie yang
acak-acakan dan tidak terurus, sang pendeta segera mengerti dan bisa menduga
sebabnya dia tidak disambut masuk ke Sekolah Minggu. Hattie bersama kedua
orangtuanya tinggal di daerah kumuh karena mereka tergolong keluarga miskin.
Segera dituntunnya Hattie masuk ke ruang Sekolah Minggu dan mencarikan tempat
duduk yang masih kosong untuk Hattie.
Hattie begitu tergugah perasaannya,
sehingga sebelum tidur di malam itu ia sempat memikirkan anak-anak lain yang
senasib dengan dirinya, yang tidak mempunyai kesempatan untuk ikut Sekolah
Minggu.
Ketika ia menceritakan pengalamannya itu
kepada orangtuanya, sang ibu menghiburnya bahwa dia masih beruntung mendapatkan
pertolongan dari bapak pendeta yang baik hati. Sejak saat itu, Hattie
bersahabat dengan Pdt. Conwell.
Dua tahun kemudian, Hattie meninggal…
Orangtuanya meminta bantuan Pdt. Conwell
untuk memimpin ibadah pemakaman yang sangat sederhana. Saat pemakaman selesai
dan tempat tidur Hattie dirapikan, ditemukan sebuah dompet usang, kumal, dan
sudah sobek di beberapa bagian.
Di dalam dompet tersebut terdapat uang
receh sebesar 57 sen dan secarik kertas tulisan tangan Hattie yang isinya
sebagai berikut:
“Uang ini untuk membantu pembangunan
gereja kecil agar gereja itu bisa diperluas supaya lebih banyak anak yang bisa
datang Sekolah Minggu.”