April 8, 2015

Beban Batu

Konon.

Sebuah suku di salah satu pelosok di benua hitam, Afrika memiliki cara tersendiri untuk menyeberangi sungai. Yang deras arusnya. Tanpa jembatan.

Banyak orang sebelum-sebelumnya, mungkin orang asing, yang mencoba menyeberangi sungai deras tapi tanpa jembatan seperti itu. Mau tak mau harus dengan jalan kaki menyeberangi. Namun, pastilah takut karena aliran yang begitu deras, mereka bisa hanyut. Tersapu air sungai. Terbawa arus. Ataupun terhantam batu-batu besar tajam.

Suku tadi, punya cara unik menyeberangi sungai berarus deras itu. Bagaimana? Orang-orang suku itu akan mencari batu agak besar, mungkin sekepala atau lebih besar sedikit terlebih dulu. Lalu, memikulnya di pundak untuk menyeberang sungai.

Beban batu itu memantapkan kaki mereka sehingga bisa melangkah pasti di dasar sungai. Arus deras tak dapat menghanyutkan mereka.

Mungkin seperti itulah kehidupan kita, kalau kita boleh menganalogikan. Apakah kita sekarang sedang memikul suatu penderitaan, beban batu, dengan berat tertentu dan berbeda-beda untuk kita masing-masing?

Tak apa. Tak apa.

Mungkin beban penderitaan itu perlu supaya memampukan kita menuju sesuatu. Beban membuat kita sadar. Belajar. Tak hanyut. Mampu menyeberang.

Kalau kita hidup nyaman terus-menerus, tanpa masalah, seperti halnya mau menyeberang sungai tadi tanpa beban batu, justru kita mungkin akan hanyut.

Ambil batu, yuk.


istimewa