
Kalau boleh dianalogikan seperti kita sedang
melakukan perjalanan menumpang bus dengan membawa ransel. Selama perjalanan,
tanpa sadar kita duduk sambil memangku ransel tersebut, padahal di sebelah kita
ada bangku kosong, bahkan sopir bus atau penumpang lainnya pun sudah ingin
membantu kita menurunkan ransel tersebut.
Entah apa yang membuat kita tanpa sadar enggan
menaruh ransel tersebut atau bahkan ada kecemasan yang amat sangat terhadap
ransel yang akan kita taruh itu.
Ransel, saya ibaratkan permasalahan dalam perjalanan
hidup kita; penumpang lain ibarat orang-orang di sekeliling kita yang peduli
dengan permasalahan yang kita alami; sopir bus ibarat Allah yang menolong kita
dengan cara-Nya yang unik. Dengan
cara-Nya yang unik.
Dari proses pengalaman belajar saya tentang berserah, ada satu hal yang saya
dapatkan, yaitu kita harus benar-benar meyakini dan percaya kepada Allah, sang sopir perjalanan kehidupan kita karena
Dia selalu membantu menopang dan menurunkan ransel
(masalah) yang sedang kita bawa dalam kehidupan kita.
Ada orang-orang yang Dia kirimkan untuk membantu kita,
bahkan Dia selalu memberikan cara-cara yang unik agar beban ransel kita pun berkurang atau pada
akhirnya dapat kita letakkan…
Mari kita terus belajar berserah.
—Jati Wicaksono
(secangkir
teh & singkong rebus bagi sahabat)