February 13, 2014

Ransel


Saat-saat ini saya sedang kembali belajar tentang berserah, satu tindakan yang rasa-rasanya mudah dilakukan, tetapi bisa tidak mudah ketika berhadapan dengan suatu masalah yang berbeda kadar kesulitannya.

Kalau boleh dianalogikan seperti kita sedang melakukan perjalanan menumpang bus dengan membawa ransel. Selama perjalanan, tanpa sadar kita duduk sambil memangku ransel tersebut, padahal di sebelah kita ada bangku kosong, bahkan sopir bus atau penumpang lainnya pun sudah ingin membantu kita menurunkan ransel tersebut.

Entah apa yang membuat kita tanpa sadar enggan menaruh ransel tersebut atau bahkan ada kecemasan yang amat sangat terhadap ransel yang akan kita taruh itu.

Ransel, saya ibaratkan permasalahan dalam perjalanan hidup kita; penumpang lain ibarat orang-orang di sekeliling kita yang peduli dengan permasalahan yang kita alami; sopir bus ibarat Allah yang menolong kita dengan cara-Nya yang unik. Dengan cara-Nya yang unik.

Dari proses pengalaman belajar saya tentang berserah, ada satu hal yang saya dapatkan, yaitu kita harus benar-benar meyakini dan percaya kepada Allah, sang sopir perjalanan kehidupan kita karena Dia selalu membantu menopang dan menurunkan ransel (masalah) yang sedang kita bawa dalam kehidupan kita.

Ada orang-orang yang Dia kirimkan untuk membantu kita, bahkan Dia selalu memberikan cara-cara yang unik agar beban ransel kita pun berkurang atau pada akhirnya dapat kita letakkan…

Mari kita terus belajar berserah.


Jati Wicaksono
(secangkir teh & singkong rebus bagi sahabat)