***
Ada dua kata yang dipakai dalam bahasa asli di Perjanjian Baru, yaitu bahasa Yunani, untuk kata 'kehendak' yang mengacu pada kehendak Allah.
Kata
pertama adalah boulema yang berarti
kehendak mutlak Allah, pasti terjadi, walau ada orang-orang yang tidak percaya
atau menentangnya. Misalnya, kedatangan Tuhan Yesus untuk kali yang kedua
kelak.
Kata
kedua adalah thelema yang berarti
kehendak Allah untuk masing-masing kita, apa yang Dia ingin kita lakukan dalam
hidup ini.
Akan
tetapi, saya mungkin tidak akan membahas terlalu panjang tentang arti kedua
makna tersebut, melainkan lebih pada semangat kita, keinginan kita dalam
mengikuti kehendak Allah.
Apa
kehendak Allah dalam hidupmu? Sudahkah kita menemukan dan mengikutinya? Apakah
kita sungguh-sungguh dalam mengikuti kehendak Tuhan?
Satu
hal, kita tentu memiliki kehendak bebas,
sebab bila tidak, kita akan menjadi seperti robot. Kehendak bebas pun adalah
pemberian dari Tuhan buat kita masing-masing. Dan itu adalah hal yang indah.
Kita bisa memilih untuk menolak sesuatu, atau kita bisa memilih untuk melakukan
sesuatu.
Ps.
Niko Njotorahardjo saja beberapa waktu lalu pernah bersaksi bahwa ketika
diminta untuk kembali dipilih ketiga kalinya sebagai anggota dalam The Church of God International Council of
Eighteen, hatinya sempat ingin menolak.
Beliau
merasa agak capek karena harus pulang pergi ke Amerika dan Indonesia. Belum
lagi harus melakukan hal-hal yang lain. Tetapi, beliau mau berserah kepada
Tuhan dan tunduk kepada kehendak Allah sampai akhirnya mau mengambil kesempatan
tersebut.
Itulah
bukti bahwa selevel Pak Niko pun mempunyai kehendak bebas sebenarnya.
Kita
memang cenderung keras kepala,
sehingga beberapa kali mungkin tidak mau mengikuti kehendak Allah karena kita
rasa sulit, apalagi yang tidak mengenakkan bagi kita. Satu hal tadi kita punya
kehendak bebas, ditambah sifat keras kepala manusia, kita cenderung tidak mau
mengikuti kehendak-Nya. Kita hanya mau mengikuti kemauan atau kehendak kita
sendiri.
Puji
Tuhan apabila ada orang-orang yang tetap mau dengan tulus, tanpa motivasi lain,
dan sungguh-sungguh mengikuti kehendak Allah.
Saya
rasa, jika kita terus-menerus secara sengaja dan sadar menolak mengikuti
kehendak-Nya, kita masih seperti anak-anak, kita masih anak-anak rohani.
Beberapa waktu yang lalu, ketika kami mengajak anak kami Jhesua makan di luar,
dia terus-menerus menolak kami suapi makanan.
Dia
bilang, "Nggak mau! Nggak mau! Nggak mau!" tiap kali kami mau beri
makan. Sampai dia tantrum, dan orang-orang lain melihat ke arah kami. Karena
malu, kami bawa keluar, dan Jhesua jadi dimarahi oleh mamanya.
Akan
tetapi, apa ruginya kalau kita terus-menerus secara sadar dan sengaja menolak
kehendak Allah dalam hidup kita? Justru
mungkin akan terjadi hal-hal yang malah lebih tidak mengenakkan bagi kita. Dan
pasti butuh waktu lebih lama bagi Tuhan untuk menggenapi rencana-Nya dalam
hidup kita, panggilan-Nya bagi kita. Kenapa? Ya karena kita secara sadar
dan sengaja terus-menerus menolak & melawan kehendak-Nya, memberontak
terhadap Dia.
Nah,
kalau ada ruginya, pasti ada untungnya mengikuti kehendak Tuhan. Yang pasti,
salah satunya, adalah hidup kita dapat menjadi berkat bagi banyak orang.
Terutama, pertama-tama seharusnya bagi orang-orang terdekat atau keluarga kita,
dan bahkan pada akhirnya nanti bagi diri kita sendiri. Entah cepat atau lambat.
Tetapi,
bagaimana kalau sementara dalam proses mengikuti kehendak Tuhan itu, kita masih
juga dalam proses jatuh-bangun dalam dosa, melakukan kesalahan, mengalami
hal-hal yang buruk? Lalu, apakah pergumulan-pergumulan berat yang masih kita
rasakan dan alami di dalam hidup kita itu juga merupakan kehendak Tuhan?
Sakit-penyakit, keadaan terpuruk, apakah itu juga kehendak-Nya? Apakah kita
masih layak dan berada di dalam kehendak Tuhan kalau kita mengalami semua itu?
Saya
tidak tahu pasti jawabannya, tetapi Tuhan
pasti bisa memakai semua itu untuk mencapai tujuan akhir-Nya dalam hidup kita.
Entah keadaan menyenangkan, entah keadaan menyedihkan. Apalagi kalau kita tetap
mau mengikuti kehendak-Nya.
Sebuah
gitar yang rusak, di tangan seorang pemain gitar yang sangat ahli, tentu tidak
menurunkan kualitas permainan pemain gitar tersebut. Masih bisa digunakan
dengan indah, justru bahkan malah bisa lebih indah.
Tidak
semua yang kita lihat itu sebenarnya tampak seperti apa yang sedang kita lihat.
Maksudnya, orang-orang yang terlihat tersenyum atau bahagia di luar, sebenarnya
bisa saja sedang mengalami hal-hal yang berat di dalam hidupnya. Bahkan,
sesungguhnya setiap orang yang kita jumpai sehari-hari itu memiliki perjuangan
dalam hidupnya. Siapa pun itu.
Tetapi,
jangan pernah menyerah mengikuti kehendak Tuhan!
Seorang
teman pernah bercerita bahwa sebenarnya kalau dia mengikuti kemauannya sendiri,
apalagi sudah memikirkan matang-matang, membuat perhitungan, dan demi masa
depannya, ia bisa mendapatkan lebih daripada apa yang sedang ia kerjakan saat
ini. Tetapi, ia mau belajar berserah kepada Tuhan, dan melakukan kehendak-Nya
saja. Walau terlihat rugi, dan belum pasti, namun ia mau mengikuti
kehendak-Nya.
Berat
memang. Dan sulit. Apalagi sering kali Tuhan tidak menjabarkan panjang-lebar
apa saja yang harus dilakukan untuk mengiktui kehendak-Nya, bukan? Kita pun
sering kali bingung apakah benar kita sedang melakukan kehendak Tuhan atau
tidak. Apakah benar kalau kita melakukan hal ini, atau hal itu, adalah kehendak
Tuhan?
Tetapi,
kalau kita mengetahui segala sesuatu, maka kita tidak perlu iman. Sementara, tanpa iman tidak
mungkin seseorang berkenan kepada Tuhan (Ibrani 11:6). Tanpa iman, kita akan
mengandalkan diri sendiri, kekuatan sendiri, pikiran sendiri, pengalaman, dan
lain-lain.
Sekali
lagi, berat & sulit pasti mengikuti kehendak-Nya. Walau Ia sendiri
mengatakan bahwa kuk-Nya itu enak dan beban-Nya pun ringan (Matius 11:30),
tetapi jujur, sering kali kita rasa tidak enak dan berat mengikuti
kehendak-Nya. Tetapi, jangan pernah menyerah mengikuti kehendak Tuhan!
"Sebab
lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari
pada menderita karena berbuat jahat" (1 Petrus 3:17).
Teladan
kita, Tuhan Yesus pun, sampai mengalami kondisi hematidrosis dalam menjalankan atau mengikuti kehendak Bapa-Nya.
Apa itu hematidrosis?
Mari
kita lihat di Lukas 22:42-44, "'Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah
cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah
yang terjadi.' Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepada-Nya
untuk memberi kekuatan kepada-Nya. Ia sangat ketakutan dan makin
bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang
bertetesan ke tanah."
Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik
darah yang bertetesan ke tanah.
Hematidrosis
adalah kondisi medis yang terjadi saat titik-titik darah keluar dari pembuluh
darah kecil.
Saat
seseorang mengalami stres tingkat berat, tekanan hidup yang begitu besar
seperti yang Tuhan Yesus rasakan, pembuluh darah kecil bisa pecah, sehingga
mengakibatkan darah keluar dari tubuh melalui kelenjar keringat.
Ada
sebuah kejadian lain yang menggambarkan hematidrosis tersebut. Seorang anak
kecil berusia 3 tahun diajak oleh papanya berenang bersama anak-anaknya yang
lain. Namun, karena teledor, anaknya yang paling bungsu itu hampir mati
tenggelam karena lepas dari pengawasan papanya itu. Untungnya, papanya berhasil
menyelamatkannya, lalu membawanya ke RS.
Setelah
diobati dan diobservasi, keesokan harinya dokter mengatakan bahwa muncul
bintik-bintik ungu kecil di wajahnya, dan itu terjadi karena efek trauma anaknya minta tolong ke papanya
sambil berteriak-teriak di dalam air karena hampir mati tenggelam,
sementara papanya tidak mendengarkan. Seperti itulah gambaran hematidrosis.
Mungkin
sering kali kita merasa seperti anak kecil itu. Tidak ada yang menolong. Doa
kita tidak terdengar atau dijawab-jawab oleh Tuhan, Papa kita di surga. Kita
merasa semuanya klise. Tetapi, untuk ketiga kalinya saya berkata, jangan pernah
menyerah mengikuti kehendak Allah.
Di
Ibrani 12:4 dikatakan, "Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum
sampai mencucurkan darah."
Kalau
boleh saya tarik analogi dan kesimpulan dari ayat tersebut, mungkin dalam perjuangan
kita mengikuti kehendak Allah, kita belumlah mencucurkan darah. Atau, mungkin
ada beberapa orang dari antara kita yang sudah mencucurkan darah—mungkin bukan
dalam arti harfiah atau sebenarnya, melainkan mencucurkan darah dalam keuangan, pikiran, harga diri, tenaga, doa, dan
lain-lain.
Tetapi,
pasti ada keindahan di balik tujuan ilahi dalam kehendak Allah bagi hidup kita.
Mungkin
kita tahu bahwa EGO adalah edging God out,
atau mengeyampingkan Tuhan, menomorduakan Dia, atau menyisihkan dan meminggirkan Allah. Saat
kita mengutamakan ego kita sendiri, mengikuti kemauan dan kehendak sendiri,
sesungguhnya kita tidak membutuhkan Tuhan, tidak mengikuti kehendak-Nya.
Jangan
pernah menyerah mengikuti kehendak Allah.
Kehendak-Nya
pasti yang terbaik, makin baik, dan selalu baik bagi kita.
Suatu
hari, saya mendengarkan anak saya yang nomor satu, Cherish bermain piano. Sudah
lama saya tidak mendengarkan dia memainkannya. Dan waktu itu saya dengar cukup
indah sekali. Ketika saya melihatnya ke depan, ternyata yang membuat alunan
musik pianonya lebih indah adalah guru lesnya. Cherish hanya memainkan sejumlah
kunci, dan guru lesnya yang membuat harmoni musiknya menjadi lebih merdu, lebih
indah.
Demikian
jugalah kalau kita mau menyertakan Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari,
terutama dalam mengikuti kehendak-Nya, hidup kita akan menjadi lebih indah,
lebih berarti, dan lebih berharga. Jadi, jangan pernah menyerah mengikuti
kehendak Allah dalam hidup kita. Apa pun yang terjadi.
"What
you get by achieving your goals is not as important as what you become by
achieving your goals." —Zig Ziglar
"Don't be afraid to give up the good to go for the great." —Kenny Rogers