February 23, 2017

Belajar Jujur dengan Hatimu Sendiri


“Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya? Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya.”
Yeremia 17:9-10


Aneh sekali kalau Alkitab berkata: “Betapa menipunya hati...”

Lalu siapa yang ditipu?

Tentu yang ditipu adalah diri sendiri.

Betapa tidak, kita sering mencoba bahagia, sementara hati seperti diiris. Kita mencoba tampil bebas, sementara hati begitu terbebani.

Belum lagi dengan semua luka, yang kita anggap tidak ada.

Tapi pada kenyataannya luka itu terus menganga, dan begitu mempengaruhi cara bicara dan tindakan kita.

Lihat juga hati yang merasa tertolak, betapa sering itu tak dirasa, padahal luka itu ada.

Dan yang bisa terus mencoba menutupinya dengan begitu banyak kata dan tindakan yang justru melukai orang lain.

Rasa iri, persaingan, kebencian, dendam, amarah, tertolak, direndahkan, dibedakan dengan yang lain, tersingkir, terabaikan, dan sebagainya, dan sebagainya.

Wow... panjang sekali bukan, hal-hal yang mungkin ada di hati kita?

Hati kita memang fragile, mudah terlukai, tapi menutupinya seakan semuanya itu tidak pernah ada, juga akan makin memperparah.

Lalu apa yang harus kita perbuat?

Jujurlah dengan hatimu sendiri dan kemudian ungkapkan ke Tuhan, minta kesembuhan hatimu dan please... jangan terlalu lama, sebelum melukai hati orang lain...


“Masalahmu hanya satu: hati. Plus satu: komunikasi.”
F. G.


—sine nomine