![]() |
Image courtesy of Philip Yancey |
Ketika
terjatuh, terperosok, terluka atau tersesat, kita dapat menjadi cemas atau khawatir.
Ingin segera dapat melanjutkan pendakian. Atau bahkan, kita akhirnya tidak
dapat melanjutkan pendakian karena satu atau dua hal—tergantung dari penyebab atau alasan yang kita alami
atau rasakan.
Mungkin
ada hal kurang tepat yang kita lakukan ketika menjalani pendakian, karena fokus
kita terlalu terporos untuk mencapai tujuan, puncak. Kita melupakan banyak keindahan
alam di sekitar yang perlu kita nikmati & syukuri. Keindahan yang mungkin
justru tak dapat kita rasakan sesampainya di puncak gunung tersebut.
Jadi,
kala dan kalaulah kita masih gagal
mendaki sampai puncak, masih ada hal-hal lain yang dapat kita nikmati,
memotivasi kita untuk mendaki lagi, bahkan dapat menuju sampai puncaknya.
Begitu
pun dengan kehidupan kita, ada banyak “warna-warni” cerita kehidupan yang dapat
kita nikmati & syukuri.
Ketika
kita mengalami kegagalan, penyakit, atau kesedihan, kita masih dapat memiliki semangat untuk menjalani kehidupan.
Dan
satu hal yang tidak boleh dilupakan, keyakinan kita kepada Sang Pemilik
kehidupan kita, Tuhan. Memang, kalaulah sekadar dikatakan atau dituliskan
mungkin mudah; dilakukan lebih butuh proses. Tetapi, bila kita mau melakukannya
dengan menikmati atau mensyukuri dengan rasa berserah walaupun kadang berjalan tertatih,
semuanya akan indah pada waktunya. Yakinilah, masih ada waktu bahwa semuanya akan indah pada waktunya.
—oleh Jati Wicaksono
(Sepotong Singkong Rebus Kehidupan bagi Sahabat-sahabat :))
nb: Terima
kasih untuk dukungan dan doa kalian, ketika aku lemah dan sakit. Kiranya terus
ada progres pemulihan di dalam diriku