This is a real life death job. Pekerjaan antara
hidup dan mati. Istilah membuminya, menurut seorang sahabat saya Daniel Deni
Irawan, “Demi sesuap nasi, seseorang bergelantungan dengan tali gondola di
bawah teriknya matahari.” Ya, padahal pemasukan bulanannya mungkin tak seberapa
besar, tak sebanding dengan risiko pekerjaannya, namun pekerja tersebut berani melakukannya.
Pertanyaannya,
seperti ending tagline iklan-iklan
kebanyakan akhir-akhir ini, “Bagaimana denganmu?” Atau, “Kamu?” Atau, “Kita?”
Mungkin
pekerjaan kita mentereng dan penerimaan bulanan kita lumayan besar, tapi bila
pola bekerja kita sebenarnya tak sepadan dengan itu, mungkin percuma. Malu
terhadap pekerja yang bergantungan dengan seutas tali yang bahkan hampir-hampir
usang mau putus di atas.
Pada
dasarnya, semua pekerjaan itu baik dan bagus, dan bisa menjadi pekerjaan yang
antara hidup dan mati, asalkan kita selalu
berupaya memberikan yang terbaik. Memberikan yang terbaik.