February 8, 2012

NALO Vs LANO

Alkisah, di sebuah kerajaan ada seorang pangeran yang terkenal suka belajar. Berbagai ilmu telah ia pelajari, baik sastra, strategi militer, ilmu hitung, berkuda, memanah, dan lainnya. Sayangnya, ketika diajak untuk mempraktikkannya, ia selalu menolak dengan alasan bahwa ia sudah menguasai ilmu tersebut sehinga tidak perlu praktik karena hanya akan buang waktu. Ia seorang yang NALO.

Suatu ketika, bosanlah pangeran tersebut karena merasa semua ilmu di kerajaan itu telah ia kuasai. Ia lalu mengajak pamannya yang juga merupakan mahapatih kerajaan untuk berdiskusi. Beliau adalah seorang yang LANO. Setelah mendengarkan curhat sang keponakan, sang mahapatih pun mengajak pangeran untuk berlayar di sungai dengan sampan.

“Mengapa kita tidak naik perahu kerajaan saja, Paman? Bukankah lebih nyaman?” tanya sang pangeran.

Sambil tersenyum dan mengelus janggut putihnya, sang mahapatih menjawab, “Ada yang ingin saya tunjukkan kepada Pangeran.”

Saat pelayaran dan mahapatih mendengarkan curhat keponakannya, tiba-tiba, sampan mereka berguncang karena ombak keras dan sang pangeran tercebur ke dalam sungai!

Pangeran berteriak minta tolong karena tidak bisa berenang. Namun, bukannya segera menolong, sang paman malah hanya menginstruksi, “Ya, Pangeran, kakinya ditendang bersamaan seperti kaki katak, ya. Tangannya jangan diangkat seperti itu, tapi seperti ini, ya,” ujar mahapatih sambil mencontohkan.

“Paman! Cepat tolong saya! Nanti saya tenggelam!” teriak sang pangeran, gusar bercampur takut.

“Pangeran ‘kan sudah menguasai teori berenang gaya katak, berarti Pangeran sudah bisa berenang…”

Sang pangeran segera mengerti maksud pamannya dan sambil terbata-bata ia pun berkata, “Saya mengerti maksud Paman. Sekarang cepat tolong saya!”

Dengan sigap, mahapatih melemparkan tali tambang dan tak lama kemudian sang pangeran telah duduk kembali di dalam sampan, sambil basah kuyup.

“Apa yang sudah Pangeran pelajari…?”

Sambil terengah-engah, pangeran menjawab, “Satu, segala pengetahuan dan teori yang saya miliki ternyata tidak ada gunanya kalau belum diterapkan dan dilatih di lapangan. Dua, saya tidak akan naik sampan berdua dengan Paman lagi!”

Pengetahuan yang kita terima akan bertahan lebih lama ketika kita mempraktikkannya. Bukankah ada pepatah practice makes perfect? Jadi, mari jangan hanya NALO (No Action, Learn Only), tapi sebaiknya juga LANO (Learn & Act Now, Okay).


―by Timothy Daun

No comments:

Post a Comment