June 11, 2016

Serta-merta

Apakah punya anak tiga, empat, atau banyak anak berarti lebih jagoan menghadapi kehidupan?

Apakah merasa sudah bekerja lama empat, lima, 12 atau 20 tahun berarti lebih amat berpengalaman?

Apakah umur sudah 35, 40, atau > 55 berarti lebih senior serta patut didengar?

Apakah sangat pintar dengan S1, S2, Ph.D. tersandang gelar berarti lebih pintar daripada supir, mbok jamu, pelayan rendahan?

Apakah bergaji 36 juta, 72, 120 juta rupiah atau ribuan dolar, banyak harta, mobil Porsche berjejer berarti lebih hebat daripada orang lain?

Apakah banyak teman berarti lebih luwes?

Apakah mampu membuat orang lain tertawa dan tampak sering terbahak berarti lebih bahagia?


Mungkin jawaban semua itu iya.

Namun, tidak mesti demikian, bukan?

Mempunyai, mengalami, melakukan semua itu tak serta-merta membuat kita lebih, lebih, dan lebih daripada orang lain.


Ada yang tidak, belum punya anak maupun menikah tapi mampu menopang orang-orang yang membutuhkan bantuan.

Ada yang baru bekerja dua tahun di tempat baru, tapi banyakan pengalaman dari pekerjaan sebelum-sebelumnya, hidupnya.

Ada yang masih berusia dua puluhan tapi bersemangat mempedulikan orang-orang lansia, percaya diri memimpin eksekutif-eksekutif batu bara.

Ada yang bergaji tujuh juta tapi mau punya a billionaire mindset.

Ada yang bisa berteman dengan diri sendiri terlebih dulu.

Ada yang urip sederhana saja, menerima pribadi diri sendiri.


Image courtesy of Forbes