October 13, 2014

Penjual balon peduli pemulung kecil

Hari ini saya diingatkan tentang peduli kepada orang lain meskipun mungkin kita sendiri sedang mengalami kesusahan. Saya diingatkan akan hal itu melalui sebuah pemandangan singkat yang saya alami di sudut gang Mangga, kota Depok.

Adegan seorang bapak tua penjual balon mainan anak yang dengan ikhlas memberikan nasi bungkusnya buat seorang anak, pemulung kecil dengan karung goninya di pundak.

Bersyukur saya dapat memotret pemandangan sederhana tapi penuh makna itu.

Di balik penampilan yang lusuh dan pekerjaan yang biasa saja, si bapak tua ini punya hati, punya kasih. Dia rela memberikan makanan yang menurut saya juga berarti baginya, dia berikan buat si pemulung kecil itu. Di dalam kesusahannya dia masih mau berbagi.

Bagaimana dengan kita?

Pada kala kita dalam kesulitan, pergumulan hidup, apakah kita masih dapat dan mau berbagi kasih bagi atau kepada orang lain yang kita lihat membutuhkan?

Kalau kita masih melakukannya, berarti itu salah satu indikator kita dapat bersyukur untuk berkat atau anugerah dari Tuhan walaupun kita sedang dalam kesulitan/pergumulan.


Jati Wicaksono,
yang sedang menata hati, pikir, dan laku


Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku.

“Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap … Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.
(lht. 1 Kor.13:1 - 13)