October 28, 2014

This Is Not Our Home

Saat ku sedang asyik seharian mengerjakan ini dan itu di kantor
tak terasa waktu sudah sore

Ga sengaja ku iseng melihat contact YM-ku
terlihat sebuah nama
nama yang mungkin sangat tak asing bagi beberapa teman
nama yang juga tak asing bagiku ketika pertama kali ku menginjakkan kaki di kantor ini

Ku ingat ketika menunggu wawancara dengan pimpinan
tiba-tiba melintaslah sesosok perempuan ini dan tak ku sangka suamiku pun mengenalnya
mereka begitu akrab berbincang
suamiku memperkenalkan ku padanya

Ia ramah menyambutku meski kelihatan terburu-buru mengerjakan sesuatu
tak ku sangka juga ternyata suaminya adalah teman baik suamiku

Perempuan itulah orang pertama yang ku kenal di kantor ini
selebihnya aku sering bertemu dengannya di rumahnya, di gereja, dan tentu di tempat kerja
tapi ternyata perkenalan kami hanya sesaat
kurang dari tiga tahun…

Meski tak kenal dekat dengannya
tapi ia memberi kenangan tak terlupakan bagi Natalku tahun lalu
sebuah kenangan Natal yang tak terlupakan

Siang hari saat ku berkhotbah Natal di sebuah gereja
bergegas ku pulang dan menuju rumah sakit
sorenya ku mendapati ia, perempuan itu, telah terbang
terbang tinggiterbang tinggi… kataku

Ku merindukanmu, bu Phebe
ku barusan menulis YM untukmu
meski ku tahu kau tak kan membalasnya
tapi ku yakin kau tersenyum padaku
dan berkata, “Hi, Oki, this world is not your home…”

Tak ku sangka hanya dengan melihat YM bu Phebe
Tuhan berbisik, “This is not your home…”

Thanks, God, for reminding me…
I know this is not our home, but if I may live, may I live for You…

by Oki Hermawati,
23 Oktober 2014



from Joyce Meyer














 
God, if I can’t die, show me how to live.
—Joni Eareckson Tada



October 13, 2014

Penjual balon peduli pemulung kecil

Hari ini saya diingatkan tentang peduli kepada orang lain meskipun mungkin kita sendiri sedang mengalami kesusahan. Saya diingatkan akan hal itu melalui sebuah pemandangan singkat yang saya alami di sudut gang Mangga, kota Depok.

Adegan seorang bapak tua penjual balon mainan anak yang dengan ikhlas memberikan nasi bungkusnya buat seorang anak, pemulung kecil dengan karung goninya di pundak.

Bersyukur saya dapat memotret pemandangan sederhana tapi penuh makna itu.

Di balik penampilan yang lusuh dan pekerjaan yang biasa saja, si bapak tua ini punya hati, punya kasih. Dia rela memberikan makanan yang menurut saya juga berarti baginya, dia berikan buat si pemulung kecil itu. Di dalam kesusahannya dia masih mau berbagi.

Bagaimana dengan kita?

Pada kala kita dalam kesulitan, pergumulan hidup, apakah kita masih dapat dan mau berbagi kasih bagi atau kepada orang lain yang kita lihat membutuhkan?

Kalau kita masih melakukannya, berarti itu salah satu indikator kita dapat bersyukur untuk berkat atau anugerah dari Tuhan walaupun kita sedang dalam kesulitan/pergumulan.


Jati Wicaksono,
yang sedang menata hati, pikir, dan laku


Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku.

“Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap … Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.
(lht. 1 Kor.13:1 - 13)