August 21, 2014

Klian Klise?


Halo.
Selamat pagi.
Apa kabar?
Sehat-sehat.
Baik-baik saja.
Terima kasih.
Demi kesejahteraan rakyat.

Mungkin kata-kata kita sering klise. Tapi, mungkin yang lebih klise ketimbang kata-kata kita itu adalah sikap kita atau respons terhadap beberapa atau banyak hal.


Because we don’t feel safe telling that truth in the real world, we make our own little worldand that’s addiction.
—Glennon Doyle Melton


from http://bit.ly/YCWSO5



August 20, 2014

Too

He is.
He is.
He is.
He is.
He is.
He is.
He is.
He is.
He is.
He is.
He is.
He is.
He is.
Too. Good. To. Me.


My relationship with God has resulted in a strong conviction that has guided my lifeHe has protected me from a lot of situations.
Jerry Peters

 

August 15, 2014

Petikan Pikiran Perihal Playgroup & Parenting


Sore-sore selagi sambil bekerja, tiba-tiba terpikir tentang idealnya sebuah playgroup (TK). Apalagi, sedang marak-maraknya marketing soal betapa bagusnya playgroup oleh sekolah-sekolah di Indonesia.

Sebenarnya, idealnya sebuah sekolah yang baik itu yang mengerti kebutuhan anak sesuai umurnya, tetapi kebanyakan sekolah membuat program berdasarkan sesuai kebutuhan mommy-nya.

Tiba-tiba berpikir aja sih, mungkin iya, ya, orangtua pasti pingin yang terbaik untuk anaknya. Tetapi, definisi sesungguhnya untuk terbaik itu apa, ya?

Lalu, pada masa anak memasuki golden age, anak harus bisa ini dan itu… Really?

Aku kembali berpikir… oooh jadi itu juga, ya, kenapa di luar sana pada akhirnya banyak buku yang dijual untuk mengajari tentang parenting, child development, dll. Aku sendiri sebenernya sangat tertarik untuk baca-baca, tetapi lebih tertarik pada child development, sih. Apa iya sih nanti kalau aku dikasih anak, umur 3 tahun dia udah HARUS bisa ini-itu, ini-itu…?

Lanjut berpikir.

Kayaknya, orangtua kita zaman dulu ngga secanggih orangtua sekarang, ya, dalam mencari ilmu parenting; yang ada ilmu turun-temurun, dari kata nenek atau kata orang, tetapi yang sebenarnya terjadi, jujur, kemungkinan terbesar adalah mereka membesarkan anak dengan feeling (intuisi) mereka sendiri. Oh si Julie nih anaknya begini, harus dikerasinnya begini, harus dilembutinnya begini.

Sebenarnya, apakah, ya, parenting zaman dulu itu lebih banyak fail-nya daripada benarnya? I doubt it

Yang pasti, aku punya orangtua yang luar biasa sihentah ilmu parenting mereka dulu salah, entah benar, tapi yang pasti aku merasakannya, bahwa mereka memukul, menyayangi, menimang, memarahi itu karena rasa sayang. Ngga ada ilmu-ilmu karena baca buku A, B, C, dst.

Bukan mau memojokkan tentang buku-buku sih, tetapi pada akhirnya aku menyadari bahwa Tuhan menciptakan kita sangat unik dan setiap pribadi kita ngga ada satu pun yang sama… catat: ngga ada satu pun yang sama! Satu pun.

Pada dasarnya, teori-teori di buku itu hanyalah mengajari tentang perkembangan anak, atau tips-tips membesarkan anak secara general, tetapi bukanlah sebuah kitab yang harus menjadi panduan A to Z dalam parenting.

Sebagai kesimpulan, sebenarnya parenting adalah sebuah seni mendidik, membesarkan, memperlakukan anak sesuai dengan individu anak tersebut. Jadi, kata orang atau kata buku belum tentu bisa membantu karena yang tahu anak kita tentu saja kita sendiri, kan?

Berdoa pun mungkin hal yang paling manjur karena Tuhan kitalah Pencipta kita dan anak-anak kita. Dia yang paling mengenal anak kita, atau bahkan lebih daripada diri kita sendiri mengenal anak kita.

Kembali ke soal playgroup atau TK yang tadi aku pikirin…

So… sekolah, kalau mengikuti maunya tiap mommy, sekolah itu bakal kelabakan sendiri karena setiap mommy punya urusan dan kepentingannya untuk anak-anaknya… atau bahkan mommies itu terjebak dengan: “Kata buku, anak aku umur segini bisa belajar 3 bahasa… golden age!” 

Hmm… bakal repot sepertinya, ya, kalau selalu berpikiran seperti itu.

Jadi berpikiran lagi, mungkin yang perlu disekolahkan itu bukan anak-anaknya, tetapi para mommies yang terobsesi supaya anaknya bisa jadi superchild yang bisa semua hal dalam kurun waktu 6 tahun… I don’t think it’s a good idea, moms… karena anak kita mungkin saja tidak sama dengan si A, atau si B, atau si C…

Mungkin anak kita bukan hebat di bahasa Inggris, tapi dia jago lari… Mungkin anak ngga hebat larinya, tapi pintar menggambar… Mungkin anak lebih paham atau cepat mendengarkan (auditory-nya) dibanding si A yang lebih cakap berbicara…

Finally, just pray to God to know what He wants your child to be, not what you want them to be. 

Please appreciate however slow—or fast—your child’s development is. And one more thing, reading books is important, but what’s more important is to read your child (also read with and to them) and listen to your heart, please.

Happy parenting, moms and dads!

­ 
—Juliana Suhindro Putra Arianto