July 8, 2014

This Is My Answer


Akhir-akhir ini beberapa orang bertanya kepada saya, “Gimanaaa rasanya nikah??” 

Gimana ya jawabnya…? Bingung juga jawab apa... tetapi, biarlah note ini bisa menggambarkan rasanya menjadi seorang istri dari suami yang bernama Indra Widya Arianto.

Mungkin orang-orang yang baru kenal Indra akan menilai dia sebagai orang yang sangat kaku, nggak ada seru-serunya sama sekali. Perbedaan kita tuh banyak banget... dan makanya, banyak juga yang bertanya, “Kok bisa sama dia sih?”

Satu kata : ). Dia orang yang takut Tuhan.

Kesamaan kita berdua adalah sama-sama tahu kita orang berdosa yang nggak layak diberi pengampunan dari Tuhan Yesus, tetapi kita mau belajar untuk menjadi orang yang lebih baik dari yang sekarang. Tetapi beneran, apa sih yang membuat kita (sebagai kaum wanita) khawatir kalau pasangan kita saja takut sama Tuhan, bukan takut sama kita…? Hehehe...

Pada awalnya, aku sering menuntut dia untuk berubah, dan dia pun demikian. Tetapi, ada satu masa di mana kita sama-sama menyadari bahwa kita tidak bisa mengubah pasangan kita; cuma Tuhan yang bisa. Dan yang pasti bukan mengubah, tetapi mencoba menerima kekurangan kita masing-masing.

Mungkin di hadapan orang-orang, Juli orang yang lebih menyenangkan, Indra kebalikannya. Namun sebenarnya, orang yang paling konsisten dan memegang janji adalah orang yang seperti Indra, bukan Juli. Orang yang gigih melakukan sesuatu dan sangat rajin adalah Indra, bukan Juli. 

Juli hanya baik di luar, masih banyak hal yang perlu diperbaiki di dalam. Sebaliknya, Indra mungkin hanya perlu dipoles sedikit soal bergaul, hehehe...

Ya, pada akhirnya kita belajar untuk menerima kekurangan, dan mengasihi kekurangan pasangan kita masing-masing. Guys, percuma kalau mau mengubah pasangan... that's impossible… yang ada tuh nantinya ujung-ujungnya, “Sakitnya di siniii...”

Basically, aku sadar bahwa tidak akan pernah dan tidak akan bisa mengubah seorang Indra menjadi orang yang lebih menyenangkan—padahal kalau bedua sama aku, Indra orangnya konyolnya keterlaluan : ).

Aku tahu bahwa Indra kehilangan komunitasnya di kota Jakarta ini. Jujur aja, dia jauh lebih luwes dan lebih menyenangkan kalau berkumpul bersama temen-temennya di kota Solo.

Aku tahu aku bukan siapa-siapa... aku hanyalah seorang pendamping yang hanya bisa mengerti keadaannya, dan berusaha tidak menambah keruwetan hidupnya—semogaaa... hehehe… 

Suatu hari, Indra bertanya sebelum kami menikah, “Kamu yakin kamu mau menikah sama orang yang seperti aku?”

Sebenarnya, pertanyaan itu sering kuajukan pada diriku sendiri. Yakin Juli, kamu mau sama orang yang jauh berbeda sama kamu? Sering kali pertanyaan ini terngiang-ngiang dan aku hanya bisa bertanya kepada Tuhan... Tetapi, Tuhan akhirnya menjawab dengan keteguhan hatiku. Ada dua jawaban.

1. Julie, perbedaan kalian adalah pembelajaran hidupmu. Justru karena dirimu tidak sama dengan dirinya, belajarlah hal-hal yang baik dari dirinya, karena kalian seharusnya saling mengisi. Inilah arti dari sebuah hidup, sebuah pembelajaran karakter, sebuah pembelajaran rohani. Apa yang tidak ada di dirimu ada pada dirinya, begitu pula sebaliknya.

2. (Jawaban ini yang aku berikan ke Indra ketika ia bertanya pertanyaan tadi tentang yakinkah aku menikah sama orang yang seperti dia, yang sering kali mungkin mengecewakan, menyakitkan, membuat aku meneteskan air mata? Kujawab Indra dengan tegas seperti ini):

Ko... aku tahu kamu tidak sempurna, kadang mengecewakan, kadang menyakitkan. Tetapi, dari semua perjalanan hidupku, berelasi dengan orang-orang yang pernah di dalam hidupku, aku semakin yakin betul. Aku tidak mengasihimu karena kamu mengasihiku. 

Aku tidak mau berharap pada kasih manusia, Ko... aku tahu bahwa hanya kasih Tuhan yang bisa memuaskan hidupku. Jadi, jawabanku satu... kalau pun kamu menyakiti, mengecewakan, menyebalkan, berbuat dosa... that’s your problem... Itu urusanmu dengan Tuhan. Aku pun demikian.

Tetapi, satu hal yang pasti, aku tidak bersandar pada kasih sayangmu saja, tetapi pada kasih Tuhan... Aku lelah kalau harus mengikuti kamu, ketika kamu bosan sama aku, aku tidak mengasihimu, ketika kamu sangat sayang sama aku, aku sayang sama kamu. Tidak lagi begitu...

Aku mengasihimu karena aku mengasihimu, dan Tuhan mengasihi aku. Aku tidak peduli, aku mau belajar konstan, bukan kasih yang naik-turun… yang tergantung mood. Biarlah Tuhan yang menolong aku, mengasihi kamu seperti Tuhan mengasihi kamu. Kasih yang konstan, kasih yang tidak melihat kamu lagi apa, lagi kenapa, lagi bagaimana... that’s my answer…”

Inilah aku, teman-teman... bagaimana perasaanku…

Dan pagi ini, ketika kami baru bangun tidur, Indra tidak menyapaku atau mengobrol denganku terlebih dahulu.

Ia bangun, lalu langsung ke WC… kemudian, dia duduk di depan meja dengan Alkitabnya.

Dia selalu berkata, “Jangan ganggu aku kalau lagi berduaan sama Tuhan!” (dengan nada nyebelinnya).

Jadi, jawaban, “Gimanaaa rasanya menikah dengan Indra Widya Arianto?”

I’m blessed.


July 7, 2014 at 3:56 pm
—by Juliana Suhindro Putra binti Arianto : )


Juli & Indra