February 17, 2014

Mawar



Berangkat dari terbakarnya sekitar 3.000 buku koleksi Bpk. Iwan Gardono Sujadmiko di sini dan di sini pada awal tahun ini, apakah kita siap kehilangan barang-barang yang mungkin berarti bagi kita? Tetapi, itu terhadap barang-barang atau benda-benda. Belum kalau tentang orang-orang. Saya sendiri membayangkan, bagaimana kalau-kalau rumah saya di Ciliwung – Depok kebakaran atau kebanjiran dan melahap buku-buku saya… Semoga tidak terjadi, sih. 

            Entah salah, entah benar, Thomas Alva Edison pernah berkata kepada putranya, “Where is mom? Go get her and tell her to bring her friends they’ll never see a fire like this one again (Mana Ibumu?! Cepat panggil Ibumu dan suruh membawa teman-temannya untuk melihat kebakaran luar biasa ini)!” Saat labnya hampir habis dilalap api.

            Sepertinya Thomas Edison tidak terlalu memegang erat-erat benda-benda atau barang-barang sebagai miliknya. Seindah apa pun. Mesti siap kehilangannya. Seperti mawar mungkin. Siapa yang mau menggenggamnya terlalu erat?

            Terkait tentang itu, berikut tulisan—sekali lagi—dari Pak Jati tentang saat kita memegang sesuatu atau banyak hal terlalu erat. Go ahead, Mr. Jati.


***


Pekan ini ada banyak orang yang sedang menikmati momen hari Valentine, entah karena benar-benar merayakannya, entah sekadar latah ikut-ikutan momennya.

Bicara tentang kasih sayang atau kaitannya dengan mencintai, ada satu hal yang ingin saya bagikan.

Kita selalu diminta untuk menyayangi dan mencintai apa pun yang kita miliki, entah kepada orang lain, pekerjaan, komunitas, benda atau hal yang lainnya.

Tapi, pernah tidak kita ketika menyayangi atau mencintai seseorang atau suatu hal, kita tersakiti atau terlukai? Ada yang mengatakan, “Mencintai atau menyayangi itu menyakitkan.” Saya berpikir, kenapa bisa muncul ungkapan itu, ya?

Setelah saya mencoba merenungkannya dan refleksi dengan pengalaman pribadi saya, kalau dianalogikan mencintai atau menyayangi seseorang atau sesuatu hal yang kita miliki itu seperti sedang memegang setangkai bunga mawar.

Kalau kita memegang dengan terlalu erat, pasti telapak tangan kita akan terluka karena durinya akan menusuk, tetapi kalau kita memegangnya dengan benar, tepat (pas), dan yang utama dengan kasih, pasti rasanya akan indah.

Begitu pula ketika mencintai atau menyayangi segala hal yang kita miliki di dunia ini keluarga, sahabat, teman, harta, atau pekerjaankita perlu melakukannya dengan pas dan yang utamanya dengan kasih.
           
Kasih membuat kita tidak merasa tersakiti ketika mencintai atau menyayangi sesuatu hal, bahkan dapat menguatkan atau mengikhlaskan ketika yang kita cintai atau kita kasihi itu hilang…

Kita dapat belajar dari Allah yang kasih-Nya tak berkesudahan bagi kita semua.

Nah, selamat belajar mencintai dan mengasihi dengan kasih.



—Jati Wicaksono
(Secangkir teh dan sepotong singkong rebus bagi sahabat.)



Image courtesy of Lifehack