Menyusuri Curug Cibereum, Gunung Gede
Oleh: April Widjaja
Memenuhi hasrat
merayakan ulang tahun ke-27 yang tidak mau ala kadarnya atau seperti biasanya
dengan makan di restoran atau romantic
dinner, saya pengen sesuatu yang beda: merayakan ulang tahun dengan tema Forest Day! Ulang tahun kali ini saya ngacir PP
ke kaki Gunung Gede, daerah Cimacan - Puncak, kawasan Taman Wisata Cibodas, 14 april 2012. Nah di situ kita
(saya, Rudy, Beatrix, dan Dea) ingin tracking menuju Curug Cibereum.
Masuk ke Taman Wisata Cibodas tidak terlalu mahal alias murah. Kita
secara personel berempat + mobil hanya mengeluarkan Rp19.000, lalu dari situ
baru kita bisa pilih mau ke mana: bumi perkemahan, Taman Wisata Cibodas, atau Curug
Cibeureum.
Tujuan langsung ke Curug Cibereum, bayar lagi Rp3.000 saja per orang. Curug dalam bahasa Jawa itu artinya air
terjun. Nah, untuk mencapai air terjun pertama, kita akan melewati tengah
hutan, dengan jalanan berbatu! Perjalanan menanjak kurang lebih 20 km (Woo… mari
latihan Shaolin^^).
Pemandangan di kiri-kanan hutan belantara penuh pepohonan hijau
yang lebat. Dan kalau kita berjalan dengan cukup cepat, air terjun pertama akan
ditemui dalam waktu tempuh 1 jam. Saya sarankan sih menggunakan sepatu/sandal
gunung, karena medannya walau tidak sampai berat sekali, tetapi licin dan
menanjak.
Sepanjang perjalanan, kita disuguhi nuansa 100% hutan! Jangan berharap ada yang jualan makanan
atau merchandise setempat.
Kita juga akan melalui persimpangan jalan menuju penangkaran
burung, lalu telaga biru yang agak terkesan mistis karena berwarna biru. Lalu,
tiga jembatan: jembatan pertama berada di atas rawa-rawa yang ditumbuhi
tumbuhan, dua jembatan berikutnya agak-agak reyot dan banyak lubangnya tapi
masih aman untuk dilalui. Nah, setelah perjalanan yang cukup panjang dan agak
melelahkan, barulah kita sampai di Curug Cibereum.
Sebenernya, agak kurang worth
it sih setelah perjalanan sejauh itu, curugnya tidak terlalu fantastis.
Menggambarkan Curug Cibereum, yakni air terjun yang kecil, tidak
lebar, tingginya sekitar 20 m, namun airnya dingin luar biasa.
Kita pergi terlalu sorean, jadi sewaktu jalan balik kisaran pkl.
17.00 – 18.00. Suasananya memang sudah agak mencekam, suara-suara liarnya hutan
sudah mulai terdengar… Namun, walau bagaimanapun, menyusuri tengah hutan tetap
memberikan kesan dan keindahan pengalaman tersendiri.
Sedikit saran tracking
menyusuri hutan di kaki Gunung Gede: pakailah sepatu/sandal gunung karena medan
batu-batuan yang ada bisa jadi licin saat hujan, bawa jas hujan karena tidak
ada tempat berteduh, bawa bekal karena di atas tidak ada yang jualan, berangkat
sepagi mungkin, bawa senter kalau berangkat sore.
Lastly but surely
not least, terima kasih
untuk Rudy, Beatrix, dan Dea yang kali ini menemani perjalanan Si Bolang dengan
tidak mengeluh sama sekali dan terus bersemangat mencapai puncak tujuan. Yah,
seperti menjalani hidup, terus bersemangat mencapai puncak tanpa mengenal lelah.
Nantikan catatan Si Bolang berikutnya.