December 13, 2012

Tiga Tips

Seorang teman sekaligus rekan kerja, baru saja mengundurkan diri dari kantor untuk memulai karier yang baru. Beliau menyempatkan diri untuk untuk berpamitan pada rekan-rekan yang ada. Sambil bercakap-cakap, ia membagikan tiga tips membangun kariernya selama belasan tahun sehingga mencapai posisi sebagai pimpinan seperti sekarang ini.

1.    Tekun
Perbedaan antara orang yang berhasil dengan yang tidak bukan terletak pada kurangnya kekuatan atau pengetahuan, tapi pada kurangnya kemauan.” (Vince Lombardi)

Martabat tidak turun dari surga. Tak dapat dibeli atau dibuat. Martabat merupakan hadiah yang disediakan bagi mereka yang telah berkerja dengan tekun.” (Bill Hybels)

Kesabaran dan ketekunan, seperti halnya iman, dapat memindahkan gunung.” (William Penn)

Roma 5:3-4 menyimpulkan bahwa ketekunan memberikan efek positif pada diri. Seseorang yang tekun akan menjadi pribadi yang tahan uji, tangguh, atau kuat. Dia akan terus berusaha ketika yang lain memilih mengibarkan bendera putih. Dia akan bertahan hingga akhir dan masuk garis finis. Dia paham pentingnya untuk menunda kenikmatan/kepuasan diri demi mendapatkan yang lebih baik.

2.    Lakukan yang Terbaik
Kita harus melakukan yang terbaik semampu kita. Ini adalah tanggung jawab kita sebagai manusia.” (Albert Einstein)

Jangan pernah berpuas diri bila Anda belum memberikan yang terbaik.” (Brian Tracy).

Ketekunan adalah salah satu karakter mulia, namun belum cukup; perlu dibarengi semangat untuk memberikan usaha yang terbaik dalam segala yang dilakukan. Orang yang tekun akan bertahan sampai garis finis, tapi orang yang mau melakukan yang terbaik akan mencapai finis dengan hasil di atas rata-rata. Hal ini karena ingin memberikan yang terbaik dari dirinya bagi Tuhan (lih. Kolose 3:23).

3.    Jalin Hubungan Baik
Sendirian, kita hanya dapat melakukan hal-hal kecil; bersama-sama kita dapat melakukan banyak hal.” (Helen Keller)

Bakat membantu memenangkan perlombaan, tapi kerjasama kelompok dan kecerdasan akan memenangkan kejuaraan.” (Michael Jordan)

Tantangan terbesar dalam membangun hubungan berasal dari fakta bahwa banyak orang melakukannya untuk mendapatkan sesuatu: mereka mencari seseorang yang dapat membuat mereka merasa nyaman. Pada kenyataannya, satu-satunya cara untuk memiliki hubungan yang langgeng adalah bila Anda memandang hubungan Anda sebagai suatu tempat bagi Anda untuk berbagi, dan bukan untuk mengambil.” (Anthony Robbins)

John Calvin Maxwell pernah berujar bahwa impian yang berhasil dicapai dengan usaha sendiri pastilah merupakan impian yang kecil ukurannya. Impian dan pekerjaan besar butuh kerja sama dari banyak orang untuk mewujudkannya. Kuncinya ada pada kerja sama orang-orang di dalam kelompok tersebut. Ketika mereka dapat bekerja sama dengan baik, maka hasilnya pasti prima (Ibrani 12:14a).


Timothy J. Daun

Mamon



Istilah mamon muncul di dua tempat di Perjanjian Baru, yaitu Matius 6:24 dan Lukas 16:9-11, 13. Keduanya merupakan bagian dari serial khotbah Yesus di bukit. Istilah mamon sendiri berasal dari bahasa Kasdim atau Aramaik yang berarti rumah, harta benda, atau kekayaan, namun dengan konotasi negatif/jahat.

Dalam Injil Matius, Tuhan Yesus sedang membahas kekhawatiran yang umumnya melanda manusia tatkala berbicara tentang kebutuhan hidup. Saking khawatirnya, orang-orang sering kali terlalu terpaku pada hal mengumpulkan kekayaan, padahal Bapa di surga sudah tahu apa yang kita perlukan (Matius 6:32). Apa yang terjadi? Lupa waktu karena fokus pada karier atau usaha, menghalalkan segala cara supaya sukses, menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang tidak baik (bnd. Mazmur 1 dan I Korintus 15:33), dan lainnya. Intinya, terjadi ketidakseimbanganbaik segi rohani, sosial, keluarga, kesehatan, karier, emosi, maupun pengembangan diri.

Banyak orang yang tanpa sengaja telah terjebak akan kekhawatiran akan masa depan yang berlebihan atau nafsu untuk memperoleh kekayaan, sehingga hal ini menjadi ilah/mamon yang menjauhkan mereka dari Tuhan (bnd. Hukum 1 dari 10 Hukum Taurat).

Terjemahan Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari untuk Matius 6:33 menarik, “Jadi, usahakanlah dahulu supaya Allah memerintah atas hidupmu dan lakukanlah kehendak-Nya. Maka semua yang lain akan diberikan Allah juga kepadamu.” Jadi, sebenarnya mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya berkaitan erat dengan peran Allah dalam hidup kita: dominan total, amat dominan, dominan, cukup dominan, agak dominan, atau tidak ada sama sekali; dan respons kita terhadap kehendak-Nya: taat total, amat taat, taat, cukup taat, agak taat, atau tidak taat sama sekali.

Jika jawabannya semakin ke kiri, maka semakin terpenuhi pula kebutuhan kita. Hal ini terjadi karena apa yang kita inginkan sudah selaras dengan apa yang Bapa juga inginkan terhadap hidup kita. Sebaliknya, jika seseorang sudah terlalu fokus pada kekhawatiran akan kebutuhannya, ia cenderung mengejar kekayaan/mamon sehingga tak lagi berfokus pada Allah dan kehendak-Nya, sehingga janji di akhir ayat 33 pun jauh dari kenyataan.

Sementara itu, di Injil Lukas, Yesus sedang berbicara tentang penatalayanan dari kekayaan yang Bapa percayakan kepada kita. Ia menggunakan ilustrasi bendahara yang tak jujur dalam mengelola harta tuannya. Yesus bukan sedang memuji kelicikan orang ini, tapi usahanya dalam menjamin masa depannya pasca-PHK. Apakah kita dengan demikian saksama dan pandai mengatur kekayaan seperti orang licik itu agar memiliki masa depan yang terjamin?

Kita harus mempertimbangkan masa depan dalam perencanaan keuangan kitabaik masa depan saat kita masih di dunia maupun saat kita telah dipanggil pulang oleh Bapa di surga. Jika untuk hal kecil atau kekayaan kecil saja tidak becus, bagaimana mungkin kita dipercayakan dengan yang lebih besar lagi?


Aplikasi:
  • Setiap orang perlu melek finansial. Kita perlu mengetahui cara menyusun cash flow atau anggaran keluarga dan disiplin dalam mencatat dan menaati anggaran
  • Kita perlu belajar menyisihkan penghasilan kita dengan bijak untuk diinvestasikan (antara 10-15%), baik lewat tabungan, asuransi, reksadana, saham, obligasi, emas atau properti dan lainnya
  • Kita perlu belajar dengan lebih sungguh lagi mengembangkan penguasaan diri untuk menunda kepuasan sehingga tidak tergoda untuk mengikuti dunia yang dirasuki konsumerisme (saya lihat, saya mau) dan hedonisme (yang penting saya senang dan puas)
  • Kita perlu belajar mengembangkan semangat rela memberi (spirit of giving) dan mentalitas berkelimpahan (abundance mentality)
  • Kita perlu mengucap syukur dalam segala keadaan untuk beberapa alasan: Pertama, apa pun yang terjadi, kita tetap dalam kedaulatan/rencana/izin Allah; Kedua, pasti ada orang yang lebih buruk kondisinya ketimbang kita; Ketiga, pasti ada orang yang dulu memiliki kondisi yang lebih buruk daripada kita, namun bisa berhasil
  • Kita perlu mengajarkan poin 1-5 kepada anak-anak kita sedini mungkin



Timothy J. Daun

November 20, 2012

A Passionate Spirit

"There are people of spirit and there are people of passion but much less common that one might think. Rarer still are the people of passion and spirit. But rarest of all is a passionate spirit."

Martin Buber

November 8, 2012

Motor Kebaikan














Maaf, fotonya agak blur karena mengambilnya dari majalah. Suka terenyuh kalau tiap kali melihat hal seperti gambar di atas. Terutama secara langsung, dan sering kali secara langsung. Satu, dua, tiga, empat, lima, sampai enam pribadi yang menumpangi sebuah sepeda motor. Apalagi, kalau yang terbonceng adalah anak-anak.

Inginnya bila ada orang kaya yang melihat hal itu di jalan, lalu tiba-tiba membelikan atau menyumbangkan mobil kepada orang-orang yang mengalami seperti paragraf pertama di atas. Kalaulah saya sudah benar-benar kaya, saya ingin menerapkannya. Itu kalau saya sudah benar-benar kaya, ya : ). Tetapi, apakah arti kekayaan? Apakah yang dapat membuat seseorang mampu memiliki motor kebaikan yang selalu menggerakkannya untuk mau memberikan sesuatu?

Apa yang di Dalam, Apa yang di Luar



















Apa yang ada di luar memang belum tentu menggambarkan apa yang ada (terjadi) di dalam.

What lies behind us and what lies before us are tiny matters compared to what lies within us.” 
Ralph Waldo Emerson

…appearances are often very deceptive. You cannot tell from appearances how things will go.” 
Winston Churchill